Bumi kawasan tinggal kita menjadi satu – satunya planet yang pantas untuk dihuni oleh manusia. Dan planet bumi sendiri merupakan bagian dari anggota di tata cara tata surya yang tidak terlepas dari insiden atau fenomena alam . Beberapa orang ada yang mengkaitkannya secara magic dan menceritakannya dalam suatu legenda untuk menjelaskan fenomena alam tersebut. Namun tidak sedikit bagi para peneliti untuk mempelajari fenomena – fenomena alam tersebut dengan menjelaskannya secara baik dan yang terpenting masuk nalar.
Sebagian dari fenomena alam tersebut bisa terjadi kapan dan di mana saja dengan jangka waktu yang bisa dikatakan cukup sering, seperti proses terjadinya hujan, aurora, gerhana bulan, fenomena halo matahari dan masih banyak lagi. Salah satu kejadian atau fenomena alam yang saat ini sedang trend yaitu fenomena equinox. Mungkin sebagai besar dari kita masih aneh mendengar kata tersebut. Padahal peristiwa ini mampu dikatakan sebagai salah satu fenomena alam yang sering terjadi di setiap tahunnya. Nah, untuk mengenali fenomena equinox ini, berikut ini penjelasannya.
Pengertian Equinox
Bumi mengalami dua macam gerakan berputar. Putaran pertama adalah, bumi berputar pada poros aksis yang bila dibentuk garis bayangan, garis tersebut melalui kutub utara hingga kutub selatan planet bumi dan membutuhkan waktu selama kurang lebih 24 jam, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Lalu gerakan kedua ialah berputar berdasarkan orbitnya untuk mengelilingi matahari, lamanya waktu yang diperlukan untuk mengelilingi matahari dalam satu kali putaran ialah 365,25 hari. Gerakan ini menimbulkan terjadinya beberapa musim di bagian bumi. Sedangkan equinox sendiri terjadi dikala kedua gerakan ini saling berjumpa .
Bumi tidak benar – benar berada pada posisi tegak lurus, tetapi miring sekitar 23,5 derajat di bagian kutubnya. Sudut ini tidak pernah berganti sedikitpun, walaupun bumi terus berputar pada porosnya dan juga berputar mengelilingi matahari. Sudut kemiringan pada bumi menimbulkan matahari seolah – olah bergerak melalui bumi, membentuk sudut di atas garis ekuator atau khatulistiwa.
Selama dua kali dalam setahun, matahari akan bergerak tepat berada di atas garis khatulistiwa. Matahari akan bergerak dari serpihan bumi bagian utara menuju ke serpihan bumi bagian selatan. Pergerakan matahari ini ternyata sangat kuat pada planet bumi, yaitu tanda terjadinya pergantian ekspresi dominan di bumi.
Dampak Dari Equinox
Equinox merupakan salah satu fenomena alam di mana matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena alam ini terjadi 2 kali dalam satu tahun, dan itu bertepatan pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Equinox yang terjadi pada bulan Maret menunjukan awal dimulainya ekspresi dominan semi di pecahan bumi bab utara dan juga sebagai tanda permulaan dari isu terkini gugur di cuilan bumi bagian selatan. Sedangkan equinox yang terjadi pada bulan September, menandakan akan dimulainya awal ekspresi dominan gugur di bumi bagian utara dan permulaan demam isu semi di bumi bagian selatan.
Dampak lain dari fenomena equinox adalah:
- Panjangnya siang dan malam memiliki waktu yang sama. Masing – masing mempunyai durasi selama 12 jam. Sesuai dengan namanya, kata equinox berasal dari kata aequus yang artinya sama dan nox artinya malam. Sehingga equinox sendiri dapat diartikan sebagai malam yang mempunyai waktu yang sama panjang dengan waktu di siang hari.
- Di Indonesia sendiri, efek dari fenomena equinox yakni matahari akan terasa lebih terik pada siang hari.
- Daerah yang berada di antara 23,5 derajat lintang selatan dan 23,5 derajat lintang utara akan mengalami keadaan yang disebut sebagai hari tanpa bayangan. Tidak semua daerah mengalami peristiwa ini, cuma kota – kota yang dilewati oleh garis khatulistiwa saja mirip Pontianak dan Bonjol di Sumatra Barat.
- Posisi matahari dikala terbit dan juga dikala terbenam mampu dilihat secara horizontal di seluruh dunia.
- Dampak dari equinox juga menjadi waktu yang pas untuk melihat Aurora Borealis di cuilan bumi bab utara. NASA menyampaikan bila kegiatan geomagnetik akan menjadi dua kali lebih intens saat trend semi dan musin gugur.
Proses Terjadinya Equinox
Pada penjelasan di atas, kita tahu jikalau bumi berputar untuk mengelilingi matahari dengan posisi yang miring sekitar 23,5 derajat terhadap bidang ekliptika atau bidang lintasannya. Sehingga posisi matahari tidak sempurna berada di bab tengah planet bumi atau sempurna di atas garis khatulistiwa. Namun, ada saatnya dimana posisi matahari bergerak menuju garis khatulistiwa.
Kurang lebih setengah tahun, posisi matahari berada di bagian bumi bab utara. Kemudian, pada setengah tahun berikutnya matahari akan berada di kepingan bumi bab selatan. Akibat perpindahan posisi inilah, terjadi perbedaan demam isu (menjadi empat trend) baik di potongan bumi bab utara dan juga bumi bagian selatan. Kaprikornus, kalau di potongan bumi bagian utara sedang terjadi musim semi, maka bumi bab selatan akan mengalami ekspresi dominan gugur.
Lalu apakah matahari pernah berada di tempat khatulistiwa?
Jawabannya pernah. Matahari akan berada tepat di atas garis khatulistiwa sebanyak dua kali dalam setahun, yakni ketika matahari bergerak dari bumi bab utara ke bumi bagian selatan, begitupun sebaliknya. Peristiwa inilah yang dinamakan dengan equinox.
Equinox yang terjadi pada tanggal 21 Maret di ketika matahari bergerak dari bumi bagian selatan menuju bumi bagian utara. Hal ini menjadi menerangkan awal trend semi di bumi bagian utara. Sehingga, equinox ini diketahui dengan sebutan venal equinox.
Sedangkan, pergeseran matahari dari bumi bagian utara menuju bumi bagian selatan menjadi tanda permulaan dimulainya animo gugur di belahan bumi bagian utara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 September. Fenomena equinox ini dikenal dengan autumnal equinox.
Fenomena Yang Pernah Terjadi
Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, akan mengalami perbedaan ketika terjadi fenomena equinox. Salah satunya adalah Hari Tanpa Bayangan, di mana panjang bayangan cuma sebesar 0,1 meter atau seolah tidak ada. Fenomena ini pernah terjadi pada tanggal 21 Maret 2018 di kota Pontianak, Bonjol, Riau, Kepuluan Kayoa dan daerah – daerah lain yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Kota lain di Indonesia juga mampu mengalami fenomena serupa pada tanggal 26 Oktober 2018 di Denpasar, 9 Oktober 2018 di Jakarta, dan 8 September 2018 di Sabang.
Ternyata fenomena equinox sendiri dirayakan di beberapa kawasan di dunia. Salah satunya tradisi yang berkembang oleh penduduk Tiongkok. Mereka akan merayakannya dengan cara menyeimbangkan telur pada bulan Maret. Mereka yakin, telur yang mampu berdiri dan diletakan secara sejajar mengambarkan kesuburan serta menandakan akan datangnya keberuntungan.
Bagi umat Hindu di India, merayakan equinox dengan menyelenggarakan pekan raya Holi, yakni saling melempar debu warna. Sedangkan bagi masyarakat Jepang, demam isu semi merupakan permulaan hadirnya bunga sakura, sehingga banyak masyarakat Jepang melaksanakan aktivitas hanami untuk melihat bunga sakura. Di Indonesia sendiri, terdapat peringatan titik kulminasi yang diadakan di garis khatulistiwa di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat.
Isu Dan Penjelasan BMKG Mengenai Fenomena Equinox
Di Indonesia sendiri sudah beredar isu mengenai bahaya equinox yang dikirim melalui sosial media. Isi dari pesan tersebut untuk menghimbau warga biar perbanyak minum air, perbanyak makan buah dan juga mengurangi kegiatan di luar ruangan selama tanggal 22 sampai dengan 28 Maret 2019. Dampak dari equinox akan mengakibatkan peningkatan suhu secara ekstrim, mengakibatkan terjadinya kehilangan cairan tubuh dan sun stroke.
Untuk merespon hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena equinox tersebut merupakan kejadian alam biasa. Sehingga warga dihimbau untuk tidak panik merespon peristiwa alam tersebut. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo pada Senin (25/03/2019) menerangkan bawah, equinox bukan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika, di mana peristiwa tersebut ialah peristiwa peningkatan suhu udara ekstrim di luar kebiasaan dan berjalan dalam rentang waktu yang cukup usang.
Tidak hanya itu, Prabowo juga menerangkan ketika fenomena ini terjadi, matahari dan bumi mempunyai jarak yang paling erat konsekuensinya adalah daerah tropis di sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum. Selai itu, fenomena equinox tidak senantiasa mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrim. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh BMKG, suhu tertinggi terjadi pada hari Sabtu 23 Maret 2019 di Meulaboh, Aceh yang meraih 37,6o C. Prabowo juga menyampaikan bila rata – rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berkisar 32oC sampai 36oC.
Disaat bersama-sama, pada tanggal 18 Maret sampai 25 Maret 2019 terjadi peristiwa sun outage kepada satelit komunikasi. Peristiwa ini terjadi saat matahari berada di arah yang serupa dengan arah datangnya sinyal satelit komunikasi yang mengelilingi bumi di ketinggian 36 ribu kilometer. Sehingga antena di Indonesia tidak dapat mendapatkan sinyal dengan baik selama 10 menit.
Demikan klarifikasi perihal fenomena equniox. Semoga dengan penjelasan di atas kita tidak perlu cemas dan cemas serta pintar dalam menyikapi berita – gosip yang beredar di media umum.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon