Thursday, October 29, 2020

Metode Ilmiah Dn Keamanan Kerja Di Laboraturium

Metode ilmiah Pengertian Metode Ilmiah Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal selaku   scientific method  ialah proses berpikir untuk memecahkan persoalan secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Metode ilmiah ialah proses berpikir untuk memecahkan masalah Metode ilmiah berangkat dari suatu masalah yang perlu dicari balasan atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari suatu perkiraan, atau tamat, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan duduk perkara lebih berdasar kepada duduk perkara kasatmata. Untuk mengawali suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan problem apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya. Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis Dalam tata cara ilmiah, proses berpikir dijalankan secara sistematis dengan sedikit demi sedikit, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya persoalan sampai terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam tata cara ilmiah, proses berpikir dikerjakan sesuai tindakan metode ilmiah secara sistematis dan berurutan. Metode ilmiah didasarkan pada data empiris Setiap sistem ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. tujuannya yakni, bahwa dilema yang akan didapatkan pemecahannya atau jawabannya itu mesti tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris ialah salah satu persyaratan penting dalam sistem ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan kemudian dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah. Pada tata cara ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol Di ketika melakukan tata cara ilmiah, proses berpikir dikerjakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini ialah, dalam berpikir secara ilmiah itu dijalankan secara sadar dan terjaga, jadi bila ada orang lain yang juga ingin menunjukan kebenarannya mampu dijalankan mirip apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berimajinasi atau bermimpi, akan tetapi dilaksanakan secara sadar dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah Karena metode ilmiah dikerjakan secara sistematis dan bermaksud, maka terdapat langkah-langkah yang harus dijalankan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah ialah sebagai berikut: Merumuskan problem. Merumuskan hipotesis. Mengumpulkan data. Menguji hipotesis. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan Masalah Berpikir ilmiah lewat metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian mesti dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan membuat lebih mudah orang yang melakukan metode ilmiah untuk menghimpun data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, lalu menyimpulkannya.Permusan duduk perkara yaitu suatu keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah masalah dengan mencari jawabannya jika masalahnya sendiri belum dirumuskan? Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan dilema yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam sistem ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang terang mampu memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam sistem ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sungguh penting. Oleh alasannya itu melalui rumusan hipotesis yang bagus akan membuat lebih mudah peneliti untuk mengumpulkan data yang betul-betul dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dikerjakan cuma untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan. Mengumpulkan Data Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dijalankan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan tata cara ilmiah perlu menghimpun data menurut hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki tugas penting dalam tata cara ilmiah, alasannya berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya suatu hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan. Menguji Hipotesis Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis yakni balasan sementaradari sebuah masalah yang sudah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya ialah sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam aktivitas atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilaksanakan, peneliti mesti apalagi dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan kian tinggi pula derjat doktrin kepada hasil suatu observasi.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi bekerjasama dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri. Merumuskan Kesimpulan Langkah paling selesai dalam berpikir ilmiah pada sebuah tata cara ilmiah yakni aktivitas perumusan kesimpulan. Rumusan selesai mesti bersesuaian dengan persoalan yang sudah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau final ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi terang. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak berhubungan dengan duduk perkara yang diajukan, meskipun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, meskipun pada hakikatnya tidak berkaitan dengan rumusan problem yang diajukannya. Keselamatan kerja di laboraturium A. Tata Tertib di Laboratorium Tata tertib ini penting untuk mempertahankan kelangsungan dan keamanan melakukan pekerjaan /praktikum di dalam laboratorium. Berikut ini beberapa contoh tata tertib. Alat-alat serta bahan yang ada di dalam laboratorium tidak diperkenankan diambil keluar tanpa seizin guru. Alat dan bahan harus dipakai sesuai dengan isyarat praktikum yang diberikan. Jika dalam melakukan percobaan tidak mengetahui atau sangsi, hendaknya secepatnya mengajukan pertanyaan kepada guru. Bekerja di laboratorium hendaknya menggunakan jas laboratorium. Jika ada alat yang rusak atau pecah, hendaknya dengan segera dilaporkan kepada guru. Jika terjadi kecelakaan, sekalipun kecil, seperti kena kaca, terbakar, atau terkena materi kimia, hendaknya secepatnya dilaporkan ke guru. Etiket (label) bahan yang hilang atau rusak mesti secepatnya diberitahukan kepada guru, agar mampu segera diganti. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam laboratorium. Setelah tamat percobaan, alat-alat hendaknya dikembalikan ke daerah semula dalam kondisi bersih. Buanglah sampah pada tempatnya. Sebelum meninggalkan laboratorium, meja praktikum mesti dalam kondisi higienis, kran air dan gas ditutup, dan kontak listrik dicabut. B. Pemeliharaan, Penyimpanan, dan Penggunaan Bahan Kimia Untuk menghalangi terjadinya bahaya yang tidak diharapkan, penyimpanan bahan kimia perlu mengamati hal-hal berikut. Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan pada rak atau lemari yang disediakan khusus untuk itu. Jangan mengisi botol-botol sampai penuh. Jangan menggunakan tutup dari beling untuk botol yang berisi basa, sebab usang kelamaan tutup itu akan menempel pada botol dan sukar dibuka. Semua peralatan/gelas kimia yang berisi bahan kimia mesti diberi label yang menyatakan nama bahan itu.   Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan. Bahan-materi kimia yang sungguh beracun dan berbahaya hendaknya dibeli dalam jumlah kecil dan tanggai pembeliannya dicatat. Semua materi persediaan materi kimia secara terencana diteliti. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat-zat kimia, yaitu: Tabung reaksi yang berisi zat kimia dilarang diarahkan ke muka sendiri atau orang lain. Senyawa kimia dihentikan dibau. Larutan kimia yang tertuang di meja praktikum atau di lantai dibersihkan segera dengan cara asam pekat dinetralkan dahulu dengan serbuk NaHC03. Basa besar lengan berkuasa dinetralkan dahulu dengan serbuk NH4CI, lalu ditambah air yang cukup. Larutan pekat yang tidak terpakai mesti dibuang sesudah diencerkan dengan air apalagi dahulu. Mulut tabung reaksi atau baskom, selama digunakan untuk pencampuran atau pemanasan dilarang ditengok eksklusif. Senyawa/zat kimia tertentu (asam berpengaruh dan basa besar lengan berkuasa) dihentikan dicampur sebab akan terjadi reaksi yang dahsyat, kecuali telah dikenali pasti tidak mengakibatkan ancaman. Penggunaan pelindung wajah sungguh diharapkan jika mengatasi zat-zat/senyawa-senyawa kimia yang berbahaya, dan jangan mengembalikan zat/senyawa kimia yang kadung tertuang untuk dikembalikan ke botol asalnya. C. Penanganan Neraca Pada lazimnya suatu laboratorium memiliki satu atau lebih neraca. Alat ini ialah alat yang mahal, dan umurnya bergantung pada cara menggunakannya dan bagaimana memeliharanya. Umumnya laboratorium tidak mempunyai ruang tersendiri untuk neraca. Walaupun demikian, hendaknya diusahakan agar neraca itu menerima kawasan yang bagus. Neraca itu mesti bangkit di atas sebuah meja yang tahan getaran dan letaknya jangandekat jendela atau pintu yang seringkali dibuka. Setiap tahun neraca hendaknya ditera, untuk mampu menjaga ketelitiannya. Setelah menimbang sesuatu, piring penimbang hendaknya dibersihkan. Jika ada zat yang tertumpah dikala sedang menimbang, secepatnya piring neraca dicuci dengan air, kemudian dikeringkan. Ketika menimbang harus diusahakan supaya daya beban yang sudah diputuskan tidak dilampaui. Juga mesti dijaga semoga jumlah watu timbang tetap lengkap. D. Penanganan Mikroskop atau Alat Optik Lainnya Mikroskop hendaknya senantiasa tersimpan dalam kotaknya dan disimpan dalam lemari yang terkunci. Ruang tempat menyimpan harus kering (tidak lembap). Kelembapan ruangan menyebabkan jamur mudah berkembang pada lensanya. Untuk membuat ruangan itu kering, dalam lemari dipasang lampu yang selalu dinyalakan sebesar 25 watt. Sebaiknya keadaan lensa-lensa dan filter-filter secara terstruktur diperiksa, sehingga dapat dikenali sedini mungkin adanya jamur atau kotoran yang melekat pada lensa-lensa itu. Untuk membersihkan lensa dipakai kertas lensa khusus. Untuk membersihkan jamur yang menempel pada susunan lensa dalam semestinya diserahkan terhadap seorang ahli. E. Jenis Bahaya Akibat Kerja di Laboratorium Jika kalian bekerja/praktikum di laboratorium, seharusnya mengenali ancaman balasan penggunaan alat dan materi tersebut. Bahaya akhir praktikum di laboratorium di antaranya yakni: Bahaya radioaktif, teladan: penyakit akhir terkena bahan radioaktif. Bahaya api, teladan: luka terbakar api. Khusus pada kecelakaan akhir api, pada umumnya akhir kelengahan manusia atau tidak sepengetahuan manusia. Bahaya biologi, acuan: penyakit akibat menggunakan mikroorganisme/jasad renik. Bahaya listrik, acuan: terkena arus listrik. Bahaya mekanis, pola akhir terkena alat- alat bergerak/berputar. Klasifikasi penyebab timbulnya ancaman api dan jenis pemadam api untuk mengatasinya mampu dilihat pada tabel berikut. No. Klasifikasi Jenis Api Jenis Pemadam Api yang Digunakan 1. Api balasan listrik Putuskan anutan listrik, C0 2 , dihentikan memakai air, atau cairan busa. 2. Api balasan logam Serbuk kering, selimut asbes. 3. Api disebabkan oleh cairan: bensin, minyak tanah, spirtus, minyak goreng, dan parafin Selimut lembap, C0 2 , cairan busa atau serbuk kering (serat asbes atau serat gelas).Air, C0 2  atau karung berair. 4. Api disebabkan kayu, kertas, kain, karet, atau plastik Pada beberapa kemasan bahan kimia tertera lambang- lambang yang memberikan tingkat ancaman, contohnya: Lambang-lambang pada beberapa kemasan bahan kimia Iritasi, acuan: kloroform, alkohol, hidrogen peroksida. Beracun, pola: sianida, arsen, merkuri. Mudah meledak, teladan: perklorat, permanganat. Korosi, pola: asam-asam anorganik dan basa kuat. Radioaktif, contoh: uranium, plutonium, torium. Mudah terbakar, pola: gas metana, kerosin, sulfur, fosfor, eter.
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)