Thursday, October 22, 2020

Resesi Ekonomi Ialah ....

Apa itu resesi ekonomi? Secara sederhana resesi ekonomi dapat dipahami sebagai kelesuan ekonomi. Mengutip dari Wikipedia, resesi diartikan selaku kondisi di mana produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari satu tahun. Sesuai dengan namanya yang bermakna kelesuan atau kemerosotan,  resesi  menyebabkan penurunan secara simultan pada setiap kegiatan di sektor ekonomi. Sebut saja lapangan kerja, investasi, dan juga laba perusahaan. Terjadinya resesi ekonomi menyebabkan efek domino pada masing-masing aktivitas ekonomi tersebut. Ketika investasi mengalami penurunan, maka tingkat produksi atas produk atau komoditas juga akan menurun. Dampaknya akan terjadi banyak pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Secara lebih lanjut, kondisi tersebut menyebabkan daya beli penduduk menurun yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan. Terjadinya resesi ekonomi kerap kali diindikasikan dengan menurunnya harga-harga yang disebut dengan  deflasi , atau sebaliknya inflasi di mana harga-harga produk atau komoditas dalam negeri mengalami kenaikan secara tajam. Jika tak segera dituntaskan, resesi akan berjalan dalam rentang waktu lama sehingga menjadi  tertekan ekonomi , yang mampu berakibat pada kebangkrutan ekonomi atau ekonomi kolaps. Jika ekonomi suatu negara telah sampai pada tahap ini, maka pemulihan ekonomi akan lebih sukar dijalankan. Kapan negara dibilang memasuki masa resesi? Dalam sejarah perekonomian dunia, tidak sedikit negara yang mengalami periode-era kelam masuk dan terperangkap dalam resesi. Krisis ekonomi yang memukul negara-negara Uni Eropa pada tahun 2008-2009 menjadikan setidaknya 17 negara di daerah tersebut memasuki kala resesi, beberapa di antaranya ialah Yunani, Perancis, Portugal, Republik Siprus, Spanyol, Irlandia, dan Italia. Pada tahun 2010, kelesuan ekonomi melanda Thailand. Negara yang diketahui dengan julukan Negeri Gajah Putih mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Hal ini disebabkan produk domestik bruto negara tersebut yang terus merosot. Tak hanya memukul negara-negara meningkat , resesi ekonomi juga pernah dialami oleh Rusia yang dikenal sebagai negara super power tandingan Amerika Serikat sepanjang tahun 2015. Resesi di negara ini dipicu oleh pencapaian produk domestik bruto yang rendah alasannya adalah pasar modal dunia menolak perusahaan-perusahaan dari Rusia. Akibatnya, tingkat inflasi yang cukup tinggi bahkan negara mengalami defisit budget. Dari ilustrasi di atas tampak bahwa resesi ekonomi dipengaruhi oleh banyak aspek. Tak hanya negara-negara kecil yang miskin dan sedang meningkat saja yang terdampak atas resesi ekonomi, namun juga negara-negara besar yang secara ekonomi telah maju. Bahkan melihat keadaan ekonomi Indonesia ketika ini, banyak pengamat ekonomi yang memprediksi bahwa Indonesia juga sedang mengarah pada resesi. Nilai impor yang lebih besar dibandingkan ekspor, harga-harga barang komoditas yang semakin mahal, biaya listrik, materi bakar minyak, dan pajak yang juga tidak mau kalah melonjak tajam. Indikator-indikator inilah yang dijadikan selaku dasar prediksi bahwa Indonesia telah mulai memasuki gerbang resesi ekonomi. Selain itu, tingkat daya beli penduduk Indonesia ketika ini juga menurun. Hal ini berimbas pada banyaknya perusahaan retail yang mengambil keputusan untuk menutup sejumlah gerainya. Sebut saja Seven Eleven, Matahari Department Store, Lotus, dan Debenhams. Tutupnya gerai retail tersebut tidak bisa dinafikan bahwa daya beli masyarakat rendah sehingga aktivitas ekonomi menjadi lesu. Akibat lebih lanjut atas penutupan gerai retail tersebut tentu saja tingkat pengangguran makin tinggi. Meski resesi di Indonesia ini masih sebatas prediksi dan menjadi kontroversi. Di satu sisi pemerintah menyatakan bahwa kemajuan ekonomi tetap stabil di level 5% dan kondisi perekonomian Indonesia masih baik-baik saja, meski  utang mancanegara  melambung tajam. Sementara di sisi lain, data dan situasi nyata di lapangan tidaklah baik-baik saja. Masyarakat di berbagai daerah mengeluhkan biaya hidup kian mahal. Lantas, apa yang dijadikan sebagai indikator kapan suatu negara memasuki periode resesi ekonomi? Suatu negara dikatakan masuk periode resesi, jika dmuncul beberapa indikator berikut. Terjadi ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi Ekonomi tak jauh-jauh dari bikinan dan konsumsi. Keseimbangan diantara keduanya menjadi dasar perkembangan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak sepadan, maka akan terjadi duduk perkara dalam siklus ekonomi. Apabila tingginya buatan tidak diikuti dengan tingginya konsumsi, akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Sebaliknya, jika buatan rendah sedang konsumsi tinggi maka kebutuhan dalam negeri tidak akan memadai sehingga harus dikerjakan impor. Hal ini akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal. Pertumbuhan ekonomi lambat bahkan merosot selama dua kuartal terturut-turut Dalam perekonomian global, perkembangan ekonomi dipakai selaku ukuran untuk menentukan baik buruknya keadaan ekonomi sebuah negara. Jika kemajuan ekonomi sebuah mengalami kenaikan secara signifikan, artinya negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang besar lengan berkuasa. Demikian pula sebaliknya.  Nah , kemajuan ekonomi ini menggunakan teladan produk domestik bruto yang ialah hasil penjumlahan dari konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor yang dikurangi impor. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan dari tahun ke tahun, mampu dipastikan bahwa kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami kelesuan atau resesi. Nilai impor jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor Dalam perdagangan internasional, acara impor dan ekspor sangatlah masuk akal. Selain untuk menjalin kerja sama ekonomi, tujuan dari impor dan ekspor salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kedua negara. Negara yang kelemahan komoditas karena tidak mampu memproduksi sendiri, mampu mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang mempunyai kelebihan produksi mampu mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Namun, jika impor dengan ekspor tidak stabil mampu memiliki efek pada perekonomian negara. Nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor berisiko pada defisit budget negara. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi Untuk alasan dan kepentingan tertentu, inflasi memang diperlukan. Namun,  inflasi  yang terlalu tinggi justru mempersulit keadaan ekonomi, sebab harga-harga komoditas melambung sehingga tak bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, terutama yang kelas ekonominya menengah ke bawah. Kondisi ekonomi akan kian parah bila inflasi tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi. Tak cuma inflasi yang memiliki efek pada resesi, tetapi juga  deflasi . Harga-harga komoditas yang menurun drastis bisa menghipnotis tingkat pemasukan dan keuntungan perusahaan yang rendah. Akibatnya, ongkos produksi tidak tertutup sehingga volume produksi rendah. Tingkat pengangguran tinggi Tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian. Jika suatu negara tidak bisa membuat lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal, maka tingkat penggangguran di negara tersebut terperinci akan tinggi. Risikonya, daya beli rendah bahkan menyebabkan tindakan melawan hukum guna memenuhi keperluan hidup. Sekuat apapun perekonomian suatu negara, bisa jadi mempunyai titik lemah. Ketika titik lemah tersebut terhantam, mau tidak inginatau siap tidak siap negara tersebut akan mengalami kelesuan dan kemerosotan yang disebut dengan resesi ekonomi. Sebab itulah, penting bagi setiap negara memantau laju pertumbuhan ekonominya per kuartal, semoga mampu secepatnya diambil kebijakan ekonomi yang bisa mengantisipasi bahkan mengatasi kalau didapatkan adanya dilema.
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com


EmoticonEmoticon