Rabu, 30 Desember 2020

Hujan Meteor Leonid : Proses Terjadinya – Waktu Dan Fenomenanya

Leonids ialah hujan meteor yang sangat deras, yang puing-puingnya berasal dari Komet Tempel-Tuttle. Namanya berasal dari konstelasi Leo, dimana titik pendaran hujan meteor ini tiba. Hujan meteor ini berpuncak di bulan November, tepatnya 6-30 November. Puncaknya terjadi pada tanggal 17 November.


Bumi bergerak melalui arus partikel meteoroid sisa-sisa dari erosi komet dikala berada cukup dekat dengan matahari. Arus itu membentuk partikel yang solid, diketahui sebagai meteoroid, sebagai gas beku ketika berada cukup akrab dengan orbit Jupiter. Leonid bergerak dengan segera, berkelanjutan dengan jalur Bumi dalam kecepatan 72 km/detik. Leonid yang berskala lebih besar, kurang lebih 10 mm memiliki massa setengah gram dan meteoroid mirip ini yang menciptakan meteor terperinci. Proses terjadinya hujan meteor Leonid yang turun per tahunnya jikalau dikumpulkan dari seluruh Bumi bisa berjumlah 12-13 ton.


Meteoroid sisa-sisa dari reruntuhan komet terkumpul di orbit yang serupa dengan sisa-sisa komet yang lain. Mereka secara berlainan terusik oleh planet lain, khususnya planet Jupiter dan pada kasus langka, mengalami tekanan radiasi dari matahari. Peristiwa ini disebut dengan efek Povnting-Robertson, dan  efek Yarkovsky. Kumpulan Meteoroid ini menimbulkan hujan meteor saat bertabrakan dengan Bumi. Jejak usang lazimnya tidak padat dan membentuk hujan meteor dengan rasio yang sedikit dalam satu menit.


Sebaliknya, kumpulan meteoroid yang gres terbentuk berkondisi cukup padat dan menimbulkan ledakan hujan meteor dikala bertabrakan dengan Bumi. Badai hujan meteor bisa mencapai 1000 meteor dalam satu jam.


Kebanyakan dari bintang jatuh dalam Leonid yakni hasil dari material-material kecil seukuran butiran pasir atau kacang yang terempas lepas dari komet induknya dan mengembara di ruang hampa udara selama berabad-periode. Leonid berasal dari Koment Tempel-Tuttle yang mengorbit mengelilingi matahari lalu berputar lagi ke luar dari tata cara tata surya.


meteor leonidDenison Olmsted menerangkan insiden badai meteor Leonid tahun 1833 dengan akurat. Setelah menghabiskan waktu berminggu-ahad mengumpulkan info, dia merangkum semuanya pada bulan Januari 1834 dan diterbitkan di Amercan Journal of Science and Arts pada bulan Januari-April 1834, dan Januari 1836.


Menurut catatannya, hujan meteor itu berdurasi singkat dan tidak terlihat di Eropa. Meteor tersebut berpen dari dari sebuah titik di konstelasi Leo dan beliau berspekulasi bahwa meteor itu telah berasal dari awan atau partikel di angkasa. Catatan pada tahun 1866 menyatakan ada ratusan hujan meteor Leonid dalam satu menit atau beberapa ribu perjam di Eropa. Leonid kemudian terlihat lagi pada tahun 1867, saat cahaya bulan meredam jumlah meteor yang tampakmenjadi 1000 per jam.


hujan meteor


Penampakan lain yang tampakdari hujan meteor Leonid di tahun 1868 mencapai intensitas 1000 per jam di langit yang gelap. Ketika angin ribut meteor itu tidak tampaklagi di tahun 1899, siapa saja berpikir bahwa angin ribut telah berlalu dan angin kencang meteor ini tidak akan pernah terjadi lagi.


Fenomena Leonid memang sempat mereda selama 100 tahun antara tahun 1866-1966. Para Astronom menerka bahwa tornado meteor Leonid tahun 1899 tidak terlampau mengesankan publik. Hingga akhirnya di tahun 1910 terlihat ada komet benderang di langit sehingga masyarakat kembali penasaran terhadap fenomena tersebut.


NASA mengklasifikasikan meteor Leonid sebagai meteor yang jelas, berwarna dan salah satu dari meteor berkecepatan tinggi. Meteor-meteor ini tampak seterang bintang. Kecepatan biasa dari satu meteor Leonid ialah sekitar 71 km/detik. Kadang kala terlihat juga bola api meteor yang diproduksi oleh Leonid, yang mana jauh lebih jelas dibandingkan dengan meteor lain dan bisa mempunyai sederetan warna indah yang dapat disaksikan selama beberapa detik.


hujan meteor leonid


Kurang lebih sekitar 33 tahun sekali, Leonid mampu menciptakan tornado meteor di beberapa lokasi di Bumi. NASA mendefinisikan salah satu dari angin ribut ini sebagai situasi di mana meteor jatuh dalam rata-rata paling tidak 1000 meteor dalam satu jam, atau sekitar 16-17 dalam satu menit. Terakhir kali terjadi angin kencang meteor tampakdi tahun 2002, namun tidak seluar biasa yang terjadi di tahun 1966. Seorang pengamat bernama James Young mengenang ada 50 meteor yang jatuh dalam satu detik dari titik pengamatannya yang berlokasi di California.


Mikhail Maslov memprediksikan ada sejumlah outburst (ledakan hujan meteor) yang mau terjadi di tahun 2034 dan 2035. Kemudian, memeriksa dari aktivitas komet Tempel-Tuttle, pada tanggal 17 November tahun ini diperkirakan ZHR mencapai 150-250 meteor di 18 November, dan ZHR 300-400 meteor pada tanggal 19 November.


Hujan Meteor Leonid di Indonesia


Pada tahun 2018, Leonid akan memuncak pada malam hari di tanggal 17 November dan subuh tanggal 18 November. Leonid menerima namanya dari Konstelasi Leo, karena dia berpendar dari arah Leo. Pakar NASA, Bill Cooke mengatakan bahwa Leonid dapat dilihat di segala penjuru langit. Namun bila kita menghadap ke arah konstelasi tersebut, kita akan melupakan meteor berekor panjang.


Walau hujan meteor mampu jadi lebih gampang ditonton dari tempat Bumi penggalan utara, tetapi penikmat langit di bab selatan Bumi juga bisa melihat pertunjukan spektakular tersebut. Walau tidak sebaik apa yang terlihat dari Bumi bagian utara, tetapi masih indah untuk ditonton.


Fenomena Hujan Meteor Leonid



  • Leonid populer alasannya hujan meteornya, yang kadang menjadikan angin kencang. Tentunya fenomena ini menjadi sungguh spektakular. Tahun 1833 Leonid memperlihatkan pinjaman besar bagi pertumbuhan sains. Namun angin puting-beliung meteor telah tercatat jauh di peradaban kuno. Namun angin ribut meteor tahun 1833-lah yang menghidupkan kesadaran peradaban terbaru. Saat itu meteor  yang melintas berjumlah ribuan dalam satu jam, namun dalam 9 jam, sudah menjadi total 240.000 meteor yang jatuh di seluruh kawasan Amerika Utara, segi timur dari Pegunungan Rocky. Gambar yang terlampir ini dilukis oleh Adolf Vollmy di tahun 1899 ketika terjadi badai hujan meteor di wilayah Amerika Utara tahun 1833.


hujan meteor



  • Gambar Leonid yang diambil oleh NASA dari luar angkasa tahun 2007.


nasa



  • Foto ini diambil di taman nasional Joshua Tree 18 November 2011.


tree leonid



  • Foto ini dikirim oleh James Younger di tahun 2015 ketika terjadi puncah dari hujan meteor Leonid. Meteor tersebut melintas di atas langit Pulau San Juan di Pasific Northwest, di antara pulau inti Amerika Serikat dan pulau Vancouver, British Columbia.


columbia



  • Foto ini diambil oleh Bill Swails, lokasi di Sangre de Cristo Mountains, Colorado


meteor



  • Foto yang luar biasa ini diambil oleh seorang Astrografer Italia bernama Lorenzo Lovato pada tanggal 17 November 1998.


leonid


Demikian penjelasan mengenai hujan meteor leonid. Jangan lupa untuk menyaksikannya pada bulan November 2018 nanti.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon