Sunday, December 27, 2020

Ralilur Dan Gusdur, Detik-Detik Wafatnya Ra Lilur

CERITA MALAM... * dikala Ra Lilur dan Gus Dur bertemu Pada permulaan tahun 2002, setelah lengser dari tahta kepresidenan, Gus Dur pergi ke Bangkalan untuk sowan terhadap Ra Lilur. Uniknya saat duduk bareng , keduanya memakai bahasa wilayahnya masing-masing. Ra Lilur memakai bahasa Madura khas sedangkan Gusdur menggunakan bahasa Jawa. Meski begitu dia berdua tampaksaling mengerti dan "nyambung" satu sama lain. Kala itu Gusdur curhat pada Ra Lilur bahwa ia gres saja dikhianati oleh kawan politiknya. Ra Lilur menjawab : " Iyeh be'eng jiyah lok engak dek Mbah Kholil.. Lok toman nyelase dek Mbah Kholil.. " (Iya.. Itu alasannya adalah anda lupa ke Mbah Kholil, tidak pernah berziarah ke Mbah Kholil) Di final konferensi Ra Lilur memberi uang, minyak tawon dan sebuah wiridan untuk GusDur. Sekitar tahun 2008, Gusdur sowan lagi terhadap Ra Lilur, kala itu beliau ditemani pak Ahmadi -cagub Jatim waktu itu-. Pada konferensi itu Ra Lilur malah berdoa dengan bahasa yang tidak bisa diketahui oleh tamu-tamunya. Ketika ditanyakan kepada Yenny Wahid, mbak Yenny menjawab : " kata bapak itu yaitu bahasa Ibrani.. ". * Karomah dan Keajaiban Ra Lilur Ini mungkin yakni segi yang paling menonjol dari Ra Lilur. Beliau ialah sosok yang unik, misterius dan sukar ditebak. Banyak keajaiban yang pernah diriwayatkan ihwal beliau, mulai dari Mobil yang ia tumpangi mampu berlangsung cuma dengan diisi dua botol sprite, kebiasaan ia tidur dan bertapa di tengah lautan, kefasihan dia dalam berbahasa Mandarin, hingga kesanggupan ia memberi suatu isyarat perihal apa yang mau terjadi di abad depan. Pada tahun 1995, menjelang kelahiran Muhammad Ismail Al-Ascholy (En). Ra Lilur datang-tiba saja mengirim surat berbahasa arab terhadap abah En Kh. Mas Ali Ridho yang intinya meminta dia untuk menulis terjemah Alfiah. Ketika baru seperempat jalan melakukan tugas dari Ra Lilur, Mas Ali Ridho berangkat Umroh. beliau lantas menanyakan kepada seorang ulama di Mekkah wacana "arti" perintah Ra Lilur itu. Ulama itu menjawab bahwa itu yaitu menunjukan bahwa Mas Ali Ridho akan mempunyai putra sehabis 8 tahun tidak mempunyai keturunan. Benar saja, tak usang sesudah itu Ny.Muthmainnah hamil. Akan namun berita bangga ini disimpan rapat-rapat oleh keluarga. Waktu itu Hanya Kh. Abdullah Schal, Ny. Sumtin, dan ummi Mas Ali Ridho yang tahu. Meski begitu, pada bulan ke 4 kehamilan Ny. Mut, Ra Lilur datang-tiba mengirim air kemasan ke Demangan melalui H. Husni dengan pesan : " berikan air ini ke kak La (Kh. Abdullah Schal). Minumkanlah terhadap putrinya yang hamil itu, minumkan juga pada si bayi kalau ia telah lahir ". Tentunya Kh. Mas Ali Ridho terkejut dan mengajukan pertanyaan-tanya bagaimana bisa Ra Lilur tahu info yang sungguh dirahasiakan itu ? Menurut aku, perintah Ra Lilur kepada Kh. Ali Ridho itu bukan hanya instruksi beliau akan menerima seorang putra. Lebih dari itu Ra Lilur telah memperlihatkan "instruksi" bahwa kelak putranya itu akan menjadi seorang penulis andal. Sekarang terbukti sudah, Sang Putra Muhammad Ismail Al-Ascholy berhasil menjadi seorang penulis produktif yang memiliki karangan puluhan nadhom dan kitab berbahasa Arab pada usia yang masih sungguh muda. * Kepergian Sang Waliyyullah.. " Sebelum ia wafat apakah beliau pernah mengeluh sakit ? " tanya aku kepada Hj. Mus, khodim yang menyaksikan detik-detik meninggalnya Ra Lilur.. " tidak.. Pada malam itu bahkan dia masih sempat bercanda bersama kami.. Beliau meminta kami untuk membaca sholawat. Minimal 100 x " Di malam itu Ra Lilur memang tiba-datang berkata kepada Hj.mus dan keluarganya yang ada di Musholla : " ayo turun semua.. Sekarang malam terakhir.. Sebagai insan perbanyaklah membaca sholawat.." Beliau lalu tidur-tiduran disamping musholla sambil menatap khodimnya dengan senyuman yang begitu indah. Sang khodim pasti heran melihat "gelagat" ajaib Ra Lilur itu. Beliau kemudian mengubah pakaiannya , padahal dia sungguh jarang mengganti pakaian di malam hari. Beliau lalu berkata terhadap sang khodim : " aku mau tidur ya.. Saya jangan ditinggal.. Jangan kemana-mana.." " Tumben panjenengan minta saya untuk tetap disini yai ? Biasanya njenengan kan meminta aku untuk keluar saat mau tidur ? " tanya khodimnya. Ra Lilur membisu tak menjawab. beliau lalu rebahan, menselonjorkan kedua kakinya, bersedekap, menawan nafas dua kali lalu menghembuskannya. Hembusan nafas yang ternyata yaitu yang terakhir dari Sang Waliyyullah. Malam itu, sekitar pukul 22:00, Selasa 24 Rajab 1439 H. tidak ada yang menduga bahwa Ra Lilur wafat. Beliau risikonya betul-betul "tidur" dan meninggalkan dunia untuk selama-selamanya. setelah sepanjang hidupnya dia telah berjuang untuk menjauhi dan meninggalkan gemerlap dunia dengan hati, prilaku dan fikirannya. Sebuah akhir yang tidak "mengejutkan" untuk sosok seperti beliau. Akhir yang Begitu indah tanpa rasa sakit seakan dia memang sungguh-sungguh berpamitan untuk tidur dan beristirahat sejenak. Setahun sesudah kepergianmu.. Mudah-mudahan kami masih bisa meniti jejak-jejak luhur yang kamu tinggalkan untuk kami disini..kami Hanya berharap, dengan cinta yang setetes ini, pendosa mirip kami kelak masih mampu dipertemukan dan dikumpulkan bersama golongan-mu para kekasih Allah disana. Sekali lagi, Allah Yarhamak Ya Siidi.. Wa Yuqoddis Sirrak..
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com


EmoticonEmoticon