Alam menyajikan berbagai macam keindahan alami yang dimilikinya. Keindahannya memperlihatkan daya tarik tersendiri yang tentunya tidak bisa digambarkan dengan apapun di dunia ini. Beberapa keindahannya mampu kita nikmati setiap hari, mirip menatap langit malam yang sarat dengan bintang dan benda – benda angkasa lain atau yang hanya mampu kita lihat di dikala – saat tertentu saja seperti bintang jatuh atau komet. Dibalik keindahan alam tersebut, ternyata masih banyak orang yang yakin dengan hal – hal di luar logika sehat terkait dengan adanya fenomena alam yang menakjubkan.
Salah satunya yakni fenomena matahari berjumlah dua atau lebih yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu di Riau pada tahun 2018. Padahal fenomena alam tersebut mampu diterangkan secara ilmiah, namun masih saja ada beberapa orang yang percaya dan mengkaitkanya dengan hal mistis. Berbicara perihal fenomena alam, ada salah satu peristiwa alam yang mungkin bisa dikatakan jarang terjadi dan cuma terjadi di kawasan tertentu.
Bagi orang – orang yang tinggal di sekitar dataran tinggi atau berada di kaki gunung, niscaya tidak aneh dengan fenomena alam ialah caping gunung. Bukankah caping itu topi yang biasa dipakai oleh petani? Iya memang betul, hanya saja yang menggunakan caping ini adalah gunung. Bagaimana bisa? Nah untuk lebih jelasnya, pembahasan kali ini akan membicarakan tentang fenomena alam caping gunung.
Apa Itu Caping Gunung?
Terdapat sekumpulan benda berwarna putih yang mirip topi di atas gunung. Orang – orang Jawa lazimmenyebutnya selaku caping gunung. Benda berwarna putih tersebut ialah awan dan diketahui dengan awan Lenticular atau awan altocumulus lenticularis. Awan ini memang lazimberada di sekitar gunung dan senantiasa berbentuk piringan melingkar. Fenomena alam ini terjadi nyaris di seluruh dunia jadi bukanlah fenomena langka. Caping gunung juga diketahui dengan istilah pancake cloud alasannya beberapa bentuk awan lenticular kadang kala mirip tumpukan pancake. Dan tak aneh, banyak orang yang mengabadikan fenomena alam tersebut.
Lalu apa itu awan lenticular?
Lenticular cloud atau altocumulus lenticularis (Lenticularis stand altocumulus) ialah awan yang terkenal dengan keunikan bentuknya. Biasanya awan ini ditemukan di daerah sekitar bukit atau gunung. Hal ini disebabkan karena adanya pergerakan udara yang berada di daerah pegunungan. Nama lenticularis ini memiliki arti adalah berbentuk lensa, sehingga awan ini juga bisa disebut dengan awan lennies.
Lalu awan ini terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak sebuah dinding yang berukuran sangat besar seperti pegunungan atau gunung, dan kesudahannya menimbulkan timbulnya pusaran. Keunikan dari awan ini yakni bentuknya yang seperti dengan piring melayang raksasa atau terkadang bertumpuk mirip pancake. Biasanya awan ini tampakberlapis atau bertumpuk dan jumlah tumpukannya bisa berjumlah dua atau bahkan lebih. Namun, ada beberapa orang percaya kalau awan ini merupakan pesawat UFO yang tiba ke bumi.
Bagaimana Proses Terjadinya Fenomena Caping Gunung atau Awan Lenticular?
Fenomena caping gunung ini terbentuk dan dimulai dari adanya arus udara yang lembab bergerak ke arah atas. Aliran atau arus udara tersebut melewati gunung sampai balasannya sampai di puncak. Dampak yang dihasilkan ialah, kelembaban di sekeliling area yang dilewati arus udara berganti, mengembun sampai pada hasilnya membentuk awan yang saling bertumpukan. Caping gunung ini mampu bertahan hingga berjam – jam bahkan kadang kala mampu berhari – hari.
Awan lenticular atau caping gunung tersebut bisa bertahan sungguh usang disebabkan alasannya adalah adanya ajaran udara yang cukup lembab, kemudian pedoman udara tersebut masuk ke dalam awan dan menyesuaikannya dengan komposisi yang diperlukan dikala proses dibentuknya awan. Awan lenticular tergolong awan yang mampu dikatakan langka, alasannya membutuhkan bukit atau gunung yang mempunyai ketinggian yang cukup serta didukung oleh meterologi yang tepat. Sehingga awan ini bisa terbentuk dan tampakdi ketinggian 8.000 sampai 20.000 kaki atau sekitar 2.438 – 6.096 meter.
Ternyata awan lenticular dibedakan menjadi 3 macam, antara lain:
- Altocumulus Standing Lenticularis (ACSL), yang terdapat di dataran rendah.
- Stratocumulus Standing Lenticularis (SCSL), yang terdapat di ketinggian tingkat menengah.
- Cirrocumulus Standing Lenticularis (CCSL), berada pada ketinggian yang lebih tinggi dari atmosfer.
Mungkin jikalau diamati, awan lenticular akan terlihat sungguh padat atau membeku. Padahal kenyataanya tidak mirip itu. Kenampakan awan yang seolah beku ini disebabkan alasannya adanya pemikiran udara lembab yang terus mengalir di sekitar awan. Aliran udara tersebut akan keluar melewati permukaan bab paling bawah. Tidak jarang ajaran udara bagian bawah akan lenyap atau hilang. Hal ini juga yang mengakibatkan awan lenticular bisa bertahan selama berhari – hari.
Bahaya Awan Lenticular
Dibalik keindahan bentuknya, ternyata awan lenticular sungguh berbahaya. Awan ini sangat dihindari oleh semua pilot saat menerbangkan pesawat. Perlu diketahui bila melewati atau menembus awan ini, pesawat akan mengalami turbulensi hingga kehilangan kendali. Turbulensi sendiri merupakan gerakan dari udara yang tidak beraturan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan suhu atau tekanan udara.
Sehingga pada umumnya pilot akan memilih menyingkir dari awan lenticular sejauh mungkin, karena bila berada di erat awan tersebut sama saja efeknya dengan ketika menembus awan lenticular, akan terkena turbulensi. Fenomena alam ini sungguh berbahaya bagi penerbangan, alasannya di sekeliling awan terdapat angin yang bergerak sungguh kuat dan juga kencang. Oleh alasannya adalah itu, setiap bertemu dengan awan ini, pilot akan selalu siaga saat melaksanakan penerbangan.
Bagi para pecinta alam yang gemar mendaki gunung, fenomena alam ini ialah menerangkan bahwa puncuk gunung sedang berangin. Ada baiknya untuk menunda pendakian ke puncak alasannya adalah di sana bisa saja terjadi angin ribut. Terkadang terdapat gas beracun yang sangat berbahaya. Di dalam awan lenticular juga terdapat pusaran angin yang sungguh kencang, sehingga tidak dianjurkan bagi para pendaki untuk menaiki puncak gunung. Karena adanya tornado tersebut, suhu di puncak gunung akan sungguh acuh taacuh, hal ini mampu memicu terjadinya hipotermia bagi pendaki yang berada di puncak dan hal tersebut pastinya sangat dihindari.
Nah, itulah tadi penjelasan tentang fenomena alam caping gunung. Jika telah mengetahuinya harap berhati – hati ketika ingin melaksanakan pendakian atau fenomena alam yang terbilang langka ini mampu juga diabadikan.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon