Minggu, 06 September 2020

Mengapa Warna Bintang Berbeda-Beda?

Saat menatap langit di waktu malam yang cerah, pasti akan dengan gampang mendapatkan ratusan bahkan ribuan bintang membentang di langit. Dan juga tidak akan sukar untuk mendapatkan beberapa rasi bintang yang cukup populer di atas langit, mirip rasi bintang biduk, rasi bintang pari dan masih banyak lagi. Jika diperhatikan dengan teliti, niscaya kalian bisa memperoleh hal – hal unik perihal bintang.


Selain jumlahnya yang tidak terhitung oleh jari, kita juga tahu kalau bintang memiliki ukuran, warna, serta pancaran cahaya bintang yang berbeda – beda antara satu bintang dengan bintang lainnya. Namun, pernahkah terpikirkan oleh kalian mengapa warna bintang di langit malam berbeda – beda? Dan mengapa bintang terlihat berkelap kelip? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini adalah penjelasannya.


Bintang Berwarna Warni


Bintang ialah salah satu benda langit yang dapat memancarkan cahayanya sendiri. Sekitar dua ratus tahun yang kemudian, orang – orang percaya bahwa cahaya yang dikeluarkan oleh bintang akan berwarna putih. Namun, setelah diteliti lebih lanjut ternyata bintang – bintang tersebut mengeluarkan cahaya yang berwarna warni. Hal tersebut diawali saat para ilmuan mulai mempelajari ihwal cahaya dan juga gelombang cahaya. Cahaya yang dihasilkan itu tergantung dari panjang gelombang, sedangkan panjang gelombang juga dapat berganti menurut suhu yang dikeluarkan oleh bintang.


Jika diibaratkan dengan batang besi yang dipanaskan, besi tersebut akan berkembang menjadi merah, kemudian akan berwarna putih dan akan menjelma biru jikalau dipanaskan terus menerus. Hal itu juga berlaku pada bintang. Warna – warni bintang yang kita lihat di langit tersebut disebabkan oleh perbedaan suhu atau temperatur yang dimiliki oleh bintang berlawanan antara bintang lainnya. Warna biru yang dipancarkan oleh bintang, dapat dikatakan kalau bintang tersebut mempunyai suhu yang sungguh panas jika daripada bintang yang menciptakan cahaya yang berwarna merah. Hal yang serupa juga terjadi pada kompor, api yang berwarna merah tidak sepanas api yang berwarna biru, sehingga pada umumnya kompor gas akan menciptakan api yang berwarna biru.


Warna yang dihasilkan dari bintang – bintang tersebut disebabkan oleh suhu permukaan yang ada pada setiap bintang. Jika diurutkan berdasarkan warna dimulai dari warna merah, kuning, putih hingga biru, masing – masing mempunyai suhu sekitar 3.000, 4.000, 6.000, > 8.000 dan 20.000 – 50.000 derajat kelvin. Sedangkan matahari yang populer selaku sentra tata surya dan juga bintang memancarkan cahaya yang berwarna kuning yang artinya suhu pada matahari sekitar 6.000 derajat kelvin.


Selain itu, cahaya yang dipancarkan oleh bintang tergantung dari warna panjang gelombang elektromagnetik yang sungguh dipengaruhi oleh suhu permukaan dari bintang. Sebagai pola, bintang yang memancarkan warna biru artinya mempunyai panjang gelombang yang pendek dan suhu yang sangat tinggi. Sedangkan warna lain seperti merah, kuning dan lain sebagainya memiliki panjang gelombang yang besar hal itu juga membuktikan suhu bintang tidak terlalu panas.


Terdapat aspek lain yang menghipnotis warna bintang. Bintang mempunyai banyak bagian, di mana komponen tersebut bila terkena atmosfer bumi akan mengganti panjang gelombang dari sinar yang dipancarkan oleh bintang. Akibatnya warna yang timbul dan tampakseolah – olah berganti.


Bintang Berkerlap-Kerlip


Jika kita perhatikan, bintang yang ada di langit terlihat seolah berkerlap – kerlip. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang dihasilkan oleh bintang harus melalui atmosfer bumi apalagi dulu. Sedangkan cahaya bintang tersebut suhunya tidak selalu stabil dan juga kepadatannya tidak sama, sehingga pada waktu tertentu, bintang konsisten akan berubah posisi.


Selain turbulensi yang terjadi pada lapisan atmosfer bumi juga mempunyai peran. Atmosfer bumi mengalami pergolakan oleh hembusan angin dan pusaran yang terbentuk berputar dan menyebar setiap ketika. Sehingga menciptakan terbentuknya lensa alami (prisma) yang membelokkan cahaya bintang. Sehingga cahaya bintang akan mengalami pembiasan saat melalui lapisan atmosfer akan tampak berkerlap – kerlip.


Pengklasifikasian Bintang


Di dalam ilmu astronomi bintang diklasifikasikan berdasarkan kuatnya garis serapan yang terdapat pada pola spektrum dan juga besarnya luminositas. Untuk besar lengan berkuasa garis serapan khususnya garis serapan atom hidrogen, didapat dari analisis teladan spektrum bintang yang menurut hasil pengamatan spektroskopi. Sedangkan untuk hasil dari luminositas dijalankan dengan cara melaksanakan observasi fotometri.


Pada tahun 1867 seorang astronom yang bernama Angelo Secchi melakukan observasi terhadap sekitar 4.000 spektrum bintang memakai prisma objektif. Pengamatan yang hanya memakai mata, dia menggolongkan bintang ke dalam tiga kelas. Tipe I berwarna putih adalah bintang dengan garis – garis serapan yang sungguh besar lengan berkuasa dari atom hidrogen, tipe II berwarna kuning adalah bintang dengan garis –garis serapan yang sangat kuat dari ion logam,  dan tipe III berwarna merah yang merupakan bintang dengan pita – pita serapan lebar. Tahun berikutnya, Secchi memasukan beberapa bintang yang mempunyai garis – garis serapan yang berpola asing, jarang ada dan seperti namun tidak terlalu sama dengan tipe III sehingga menggolongkannya ke dalam tipe IV.


Pada tahun 1886, Edward Charles Pickering melaksanakan penelitian spektrum bintang dengan metode fotografi memakai prisma di Observatorium Harvard. Sebagai dasar observasi yang pernah Secchi kerjakan, para astronom tersebut mengklasifikasikan bintang menurut berpengaruh garis serapan yang terdapat pada deret Balmer dari hidrogen netral (H,I), memperluas penggolongan bintang dan menamakan kembali penggolongan dengan karakter A, B, C sampai P. Huruf A artinya memiliki garis serapan atom hidrogen paling besar lengan berkuasa.


Pengklasifikasian Harvard


Pickering dan beberapa asistennya mulai melakukan suatu projek besar untuk mengklasifikasikan spektrum bintang. Antara tahun 1911 dan 1949 ada sekitar 400.000 bintang sudah terdaftar di katalog Henry Draper, nama tersebut diseleksi karena dialah penyandang dana dan juga perintis observasi spektroskopi fotografi Amerika. Penelitian ini mendapatkan bila terdapat sebuah keteraturan yang terdapat pada semua garis – garis spektral sehingga penggolongan bintang – bintang jikalau diurutkan menjadi O, B, A, F, G, K, M. Sedangkan untuk kelas lainnya dihilangkan alasannya tidak ditemukan bahwa beberapa di antaranya  merupakan kelas yang sama.


Untuk mempermudah pengurutan, digunakan kalimat “Oh Be A Fine Girl Kiss Me”. Pada mulanya urutan tersebut disebabkan oleh perbedaan susunan kimia atmosfer bintang. Dan gres disadari jikalau urutan tersebut ialah urutan temperatur pada permukaan bintang. Penelitian ini sudah dibuktikan oleh Cecilia Payne – Gaposchkin pada tahun 1925.


Untuk bintang kelas O, B dan A disebut dengan bintang kelas permulaan. Sedangkan K dan M merupakan bintang kelas tamat. Istilah ini timbul sekitar permulaan abad 20, sebab aksara A dan B berada pada urutan awal di alfabet, sedangkan K dan M berada diurutan terakhir. Teori terus meningkat hingga kesudahannya bintang memulai hidup selaku bintang awal “kelas permulaan” dengan suhu yang sungguh panas dan secara sedikit demi sedikit suhunya menyusut menjadi bintang kelas final, tetapi teori ini tidaklah dibenarkan.


Di bawah ini adalah daftar kelas bintang dimulai dari suhu bintang yang paling panas hingga paling masbodoh.




Sumber ty.com


EmoticonEmoticon