Senin, 28 Desember 2020

Gempa Lombok : Kronologi – Kekuatan Gempa – Penyebab Dan Kesannya

gempa lombokGempa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 18:47 WITA ini mengguncang Lombok dengan kekuatan 7 skala richter. Gempa ini merupakan gempa type II dikarenakan telah didahului oleh gempa lain beberapa hari sebelumnya. Guncangannya berpusat di koordinat 8,26 lintas selatan, dan 116,55 bujur timur (Lombok Timur). Gempa ini cukup besar sehingga menimbulkan 70% bangunan lokal runtuh (menurut Gubernur NTB).


Gempa ini menjadikan korban jiwa yang mencapai lebih dari 90 orang. Jumlah ini kemungkinan akan terus meningkat alasannya proses penyelamatan hingga detik artikel ini ditulis masih terhambat oleh langkanya arat berat. Masih banyak korban jiwa yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan yang runtuh balasan gempa.


Ketika gempa terjadi pada pukul 18:47, BMKG memberitahukan waspada tsunami. Keputusan ini diambil sesudah menganalisis kedangkalan gempa tetapi menjadikan robekan balasan perubahan sesar mulai dari daratan Lombok hingga wilayah maritim. Hal ini mengakibatkan kesempatantsunami. Walau kemungkinan ketinggian gelombang hanya setengah meter saja, tetapi warga diminta untuk berhati-hati dan naik ke tempat yang lebih tinggi. Hasilnya, memang sudah terjadi peningkatan gelombang maritim yang tiba di banyak sekali kawasan Lombok. Diantaranya yaitu Benoa (2 cm), Desa Lembar (9 cm),  Desa Badas (10 cm), dan Desa Carik (13,5 cm). Tak lama lalu bahaya tsunami ini lalu ditarik oleh BMKG pada pukul 20:25 pada hari yang serupa.


Isu peristiwa tsunami yang sempat muncul membuat para penduduk, terutama turis domestik dan asing, serta warga lokal yang ketika itu sedang berada di Lombok minta untuk dievakuasi keluar pulau. Beberapa pelancong juga menetapkan untuk langsung pulang ke negara asal mereka.


Penyebab Terjadinya Gempa Lombok


Tiga jenis pergeseran lempeng tektonik beserta anatominya. Paling kiri yakni divergent, tengah ialah transform, sedangkan paling kanan adalah konvergen. Gempa yang terjadi di Lombok pada tanggal 9 Agustus 2018 kemudian ialah jenis konfergen dimana Lempeng Australia bertumbukan dengan Lempeng Sunda.

Lombok itu sendiri terletak di antara dua lempengan tektonik. Pada gempa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 kemarin, dua lempeng besar di Lombok saling bertumbukan dimana salah satu lempeng menimpa lempeng lainnya. Lombok ialah zona subsiduksi dimana salah satu lempeng berada di lempeng yang lain dan terjadi goresan. Yang terjadi adalah Lempeng Australia bergerak ke bawah Lempeng Sunda ke arah utara. Bencana alam ini masih bekerjasama dengan cincin api yang berada di daerah Indonesia sehingga memang negara ini rawan dengan musibah gempa bumi dan gunung meletus.



Selain itu, gempa ini juga ialah jenis gempa kerak dangkal dengan kedalaman hiposenter 24 km. Hiposenter sedangkal ini sudah cukup untuk menyebabkan skala guncangan berintensitas VI-VII MMI. Dengan perkiraan percepatan gerakan tanah yang melebihi 120 gal, telah cukup untuk menjadikan kerusakan pada permukaan tanah tersebut.


Akibat Gempa Lombok


Peristiwa ini juga menjadi cukup menghancurkan alasannya daerah tempat terjadinya gempa tersebut ialah kawasan perbukitan yang tersusun dari batuan gunung berapi seperti contohnya lava, tufa, dan breksi. Kawasan mirip ini sungguh rentan untuk terjadi efek topografi horizontal. Dengan begitu, makin curam lereng, makin besar guncangannya.


Ironisnya, berdasarkan data yang ada, jumlah korban jiwa pada insiden ini sebagian besar diakibatkan sebab para korban terjebak oleh reruntuhan bangunan, dibandingkan dengan gempa secara langsung. Tentunya aspek arsitektur juga turut besar lengan berkuasa kepada besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa ini. Bangunan yang berdiri di atas lokasi terjadinya gempa itu tidak mempunyai pertahanan persyaratan kepada gempa. Menilai dari bangunan-bangunan yang runtuh balasan gempa bumi tersebut, mereka tidak menggunakan bebatuan berkualitas baik dengan tulangan yang cukup berpengaruh untuk menahan guncangan dari bawah tanah. Padahal bahwasanya rumah berbahan kayu atau bambu mampu lebih kondusif untuk melindungi penghuninya dari serangan gempa.


Hingga beberapa hari setelah main shock terjadi, ratusan laporan perihal gempa-gempa susulan sudah terjadi di kawasan sekitar Lombok. After shock ini dicicipi hingga ke daerah Malang dengan magnitude kecil antara 3-4 skala richter. Terhitung ada lebih dari 35 gempa susulan yang terasa di Malang.


Namun gempa ini dipandang selaku sesuatu yang bagus sebab ini berarti telah terjadi pelepasan energi dari bebatuan di sekitar daerah gempa sehingga acara lempeng menjadi normal dan stabil kembali. Walau begitu, gempa tektonik ialah jenis gempa yang labil, dengan kata lain, sebuah dikala akan terjadi lagi gempa serupa.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon