Senin, 17 Agustus 2020

Penjelasan Fenomena Maritim Terbelah Di Suramadu

Julukan Indonesia selaku negara kepulauan terbesar di dunia, bukanlah kebohongan semata. Setidaknya ada lebih dari 17.504 pulau yang terhampar dari Sabang sampai Merauke, maka tak aneh jikalau Indonesia populer sebagai negara laut dan telah pasti memiliki kawasan laut yang sungguh luas. Luas perairan khususnya lautan di Indonesia mencapai 3,25 juta km2, sehingga dapat dikatakan kalau luas lautan di Indonesia lebih luas daripada luas daratannya yang hanya meraih 2,01 juta km2.


Sudah pasti keragaman hayati Indonesia, utamanya di laut tidak terhitung jumlahnya. Bahkan beberapa di antaranya tidak dapat ditemukan di tempat lain atau cuma mampu ditemukan di perairan Indonesia saja. Selain itu, keindahan alam yang berada di bawah bahari tidak perlu disangsikan lagi. Berbagai macam ikan kecil sampai yang berukuran besar, serta bentuk terumbu karang yang berbeda – beda memperbesar keindahan tersendiri yang hanya dimiliki oleh lautan Indonesia.


Seperti halnya yang terjadi di daratan, lautan juga memiliki fenomena – fenomena alam yang fantastis. Salah satu fenomena bahari yang baru – gres ini terjadi di Indonesia yaitu terbelahnya bahari di Suramadu, Madura. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, kali ini akan diterangkan perihal fenomena bahari terbelah di Suramadu secara ilmiah. Berikut adalah penjelasannya.


Laut Terbelah Di Suramadu


Mungkin sebagian besar dari kita sudah tidak ajaib dengan nama Suramadu. Bagi yang belum tahu, Suramadu ialah nama dari suatu jembatan yang menghubungkan pulau Jawa yaitu di Surabaya dengan pulau Madura tepatnya di Bangkalan. Jembatan ini melintasi selat Madura dan termasuk jembatan terpanjang di Indonesia.


Tepatnya pada tanggal 19 Maret 2019, terdapat sebuah video booming dan beredar di penduduk . Di dalam video yang direkam dari atas jembatan Suramadu memperlihatkan bahwa maritim yang berada di bawah jembatan tampakseolah – olah terbelah. Beberapa orang menyampaikan kalau kejadian tersebut umumnya cuma terjadi di tempat pesisir pantai atau di sekeliling kaki jembatan segi Bangkalan dan terjadi dalam masa waktu yang tidak lama. Namun, kali ini berbeda dan terjadi hingga meraih bawah jembatan. Fenomena unik ini memperlihatkan warna air yang berbeda antara warna kehitaman condong keruh sedangkan segi lain tidak. Sehingga seolah – olah bahari terlihat terbelah.


Penyebab Laut Terbelah


Menurut Alan Koropitan, spesialis Oseanografi IPB dan juga anggota dari Ilmuwan Muda Indonesia (ILMI) menyampaikan bahwa fenomena yang terjadi di Suramadu tersebut diketahui dengan ungkapan plume. Plume sendiri biasa terjadi dikala curah hujan cukup tinggi dan debit air menjadi meningkat. Alan menambahkan kalau fenomena tersebut balasan dari plume air yang memiliki massa yang berlawanan dan kemungkinan akibat curah hujan yang tinggi sehingga debit air sungai berkembangmenjinjing plume sedimen sungai hingga ke laut. Menurutnya plume tersebut semacam contoh yang umum terbentuk di permukaan air sehingga tampaksungguh kontras warnanya.


Penjelasan fenomena maritim terbelah tersebut juga diterangkan oleh Nugroho Dwi Hananto, seorang peneliti gempa dan kelautan Pusat Oseanografi Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) beliau mengatakan bahwa fenomena tersebut tergolong fenomena yang unik. Menurut Nugroho fenomena tersebut sebagai balasan dari tidak bercampurnya dua massa air yang saling berjumpa . Massa air yang mempunyai kandungan garam yang tinggi kadang-kadang sulit untuk bisa bercampur dengan tepat. Selain itu, Nugroho menjelaskan juga jika fenomena tersebut bisa terjadi balasan konferensi antara air maritim dengan air tawar yang belum tercampur sepenuhnya. Menurutnya fenomena tersebut umumterjadi dan terjadi dikala memasuki musim hujan ke kemarau.


Dampak Fenonema Laut Terbelah


Akibat dari fenomena alam tersebut menciptakan Badan Pengembangan Wilayah Surabaya – Madura atau BPWS menerangkan bahwa fenomena tersebut dikenal dengan nama halocline. Dan dari video yang beredar di penduduk , panjang dari halocline tersebut meraih 60 km. Menurut Faisal Yasir Arifin dari Kasubdiv Humas BPWS menyampaikan jika fenomena tersebut telah sering terjadi tetapi kali ini halocline tersebut cukup panjang bahkan hingga mencapai Sampang. Faisal menambahkan bila halocline tersebut mengakibatkan perbedaan warna atau gradasi warna akhir dari densitas air yang berada di barat dan timur yang mencapai 60 km.


Faisal juga menerangkan bahwa perbedaan warna atau gradasi merupakan pengaruh dari salinitas atau kandungan garam yang berbeda pada air, perbedaan kerapatan, tegangan hingga kekeruhan air sehingga terbentuk gradasi pada dua arus air di bawah jembatan Suramadu. Tidak cuma di Suramadu saja, hal tersebut pun pernah terjadi di selat Sunda dan juga selat Gibraltar.


Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kejadian fenomena alam tersebut. Terjadinya gradasi warna di bahari tersebut yang lebih dikenal dengan nama halocline ini ternyata tidak menyebabkan dampak apapun. Dan tidak ada keterkaitannya dengan atmosfer cuaca, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan massa jenis air yang cukup menonjol sehingga menyebabkan gradasi warna.


Fakta – Fakta Unik Tentang Halocline Di Suramadu


Fenomena bahari yang terlihat terbelah tersebut menawan banyak orang untuk tiba dan mengabadikan insiden tersebut saat melintasi jembatan Suramadu. Dari atas jembatan tersebut akan sangat terlihat terang perbedaan warna yang dihasilkan dari pertemuan dua massa air yang berlainan. Namun, tidak siapa saja mampu melihat fenomena alan yang unik tersebut.


Bagi para nelayan yang sedang melintasi daerah tersebut tidak akan bisa menyaksikan perbedaan warna tersebut dengan jelas. Meskipun fenomena tersebut hampir terjadi saban hari. Namun, beberapa nelayan yang melintasi kawasan halocline tersebut mengatakan jika daerah di bawah jembatan acap kali banyak didapatkan buih yang memanjang seperti yang terdapat di dalam video.


Menurut Ady Hermanto, seorang Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya, fenomena halocline tersebut tidak mampu dilihat oleh siapa pun di sekeliling jembatan Suramadu. Sebab, halocline cuma mampu dilihat dari ketinggian tertentu saja. Sedangkan bila mendatangi maritim yang berbeda warna tersebut akan tampakpudar. Hal ini disebabkan adanya parallax sudut pandang yang terlalu jauh, sehingga harus dilihat dari ketinggian tertentu. Sedangkan dari perahu nelayan tidak dapat mampu melihatnya.


Bagi orang – orang yang sedang melintas di atas jembatan Suramadu, telah niscaya akan melihat halocline dengan terperinci. Ketinggian jembatan Suramadu sendiri mencapai 35 meter dari permukaan bahari. Untuk buih yang dilihat oleh nelayan yang sedang melintasi kawasan perbedaan warna tersebut, berasal dari hasil konferensi antara air tawar dengan air maritim yang saling bergesekan. Hasil ukiran itulah yang menyebabkan buih yang panjang dan lurus.


Nah, itulah tadi penjelasan mengenai fenomena laut terbelah di Suramadu secara ilmiah. Semoga bisa bermanfaat untuk Anda.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon