Selasa, 29 Desember 2020

4 Faktor Pendorong Mobilitas Penduduk Lewat Program Transmigrasi Di Indonesia

Seiring dengan pertumbuhan teknologi dan pertumbuhan laju penduduk yang sangat cepat dan selalu meningkat setiap tahunnya, banyak sekali macam persoalan sosial muncul di seluruh negara tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia masih terdapat persebaran masyarakatyang belum merata. Sebagai teladan, Pulau Jawa menjadi daerah yang tingkat perkembangan populasi orangnya sangat padat dan menimbulkan ruang daerah untuk pemukiman menggusur ruang daerah untuk kebutuhan lainnya. Untuk melaksanakan pemerataan masyarakatmaka Pemerintah telah melakukan aneka macam acara pemerataan dengan cara ekspansi pembangunan infrastruktur di banyak sekali tempat di luar Pulau Jawa dan mengadakan program transmigrasi ke sejumlah propinsi yang dianggap mempunyai jumlah populasi penduduk yang sangat sedikit.


Persebaran penduduk di suatu kawasan dapat dikenali dari tingkat mobilitas orangnya yang melakukan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan tertentu dan dengan sifat permanen atau beberapa waktu. Menurut Mantra (2003), mobilitas penduduk menunjukkan sifat vertikal dan horizontal. Mobilitas penduduk secara vertikal ialah pergeseran status pekerjaan atau status sosial lainnya dan mobilitas penduduk horisontal yaitu pergerakkan masyarakatyang melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu yang mendasarkan pada konsep ruang dan waktu, contohnya kawasan kabupaten/kota, kecamatan/keluarah, dan antar propinsi.


Sedangkan menurut bentuknya, mobilitas penduduk dibedakan menjadi permanen dan non-permanen. Mobilitas masyarakatpermanen ialah pergerakan penduduk yang melintasi batas tempat asal ke kawasan tujuan dengan tujuan menetap di kawasan tujuan, dan sebaliknya mobilitas masyarakatnon-permanen ialah pergerakan masyarakatyang melintasi tempat asal ke kawasan tujuan tanpa ada tujuan untuk menetap secara permanen di tempat tujuan.


Berdasarkan klarifikasi di atas, bila dilihat dari sifat wilayahnya, mobilitas masyarakatpermanen dapat dikatakan selaku proses transmigrasi ialah perpindahan masyarakatdari satu kawasan yang padat masyarakatke daerah lain yang masih jarang orangnya untuk menetap secara permanen guna meningkatkan status taraf hidup sebelumnya.


Dari pemaparan di atas, ada sejumlah aspek pendorong mobilitas masyarakatmelalui program transmigrasi di Indonesia. Faktor pendorong ini dapat diketahui dari tiga jenis pendekatan yang dapat menjelaskan sejumlah faktor pendorong tersebut, antara lain:



  1. Sistem distribusi materi pangan


Mobilitas penduduk yang disebabkan oleh sistem distribusi pangan ini ditunjukkan pada dikala sebuah desa atau kota yang menciptakan dan menawarkan kebutuhan bahan pangan dan pokok lainnya yang sungguh diharapkan oleh masyarakatkota atau desa. Hal ini menjadikan pergerakkan penduduk dari desa atau kota ke tempat penghasil bahan pangan tersebut. Sehingga, antara desa dan kota memperlihatkan adanya saling ketergantungan satu sama yang lain. Perpindahan masyarakatini ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai sehingga pergerakkan orangnya menjadi tanpa hambatan.



  1. Psikologis


Faktor ini berhubungan dengan faktor internal dalam diri individu dalam menetapkan untuk melaksanakan mobilitas atau tidak. Hal ini didasarkan pada kekayaan materi, status, rasa tenteram, stimulasi, ekonomi, afiliasi, dan kemakmuran. Selain itu faktor psikologis ialah faktor paling penting yang mendorong seseorang melakukan perpindahan tempat.



  1. Sosial


Pergerakan masyarakatdari satu lokasi ke lokasi lain tidak terlepas dari faktor yang mensugesti interaksi sosial yang dilaksanakan antar individu dengan sekelompok penduduk di kawasan tujuan sehingga memungkinkan terjadinya aktifitas sosial. Proses interaksi sosial ini mampu ditunjukkan dengan proses asosiatif ialah adanya kesamaan akan keperluan, hobi, atau perasaan yang merujuk pada rasa saling mempunyai satu sama lain, kerja sama, asimilasi, dan integrasi. Hal ini mampu ditunjukkan pada program transmigrasi yang ada di Indonesia selama ini. Akan namun, interaksi sosial ini dapat memberikan juga suatu proses dan acuan interaksi disosiatif adalah adanya interaksi yang ditunjukkan adanya perbedaan kepentingan, perasaan atau aspirasi yang menimbulkan adanya konflik.



  1. Ekonomi


Menurut beberapa jago aspek ekonomi berperan besar dalam proses mobilitas penduduk. Hal ini merupakan tujuan dasar manusia ialah untuk memperbaiki taraf hidup dan memajukan status sosialnya. Serta, faktor ekonomi ini juga didasarkan pada kawasan asal yang secara geografis dan ekonomis tidak menawarkan kehidupan yang layak, tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang prospektif, kurangnya kepemilikan tanah garapan, banyaknya pengangguran, dan tidak adanya infrastruktur dan fasilitas yang memadai.


Menurut model migrasi Todaro, faktor-aspek yang mensugesti mobilitas penduduk dari sisi ekonomi adalah adanya perbedaan upah riil yang diharapkan antara tempat perkotaan dan pedesaan dengan perbedaan aktual upah riil antara tempat perkotaan dan pedesaan, dan adanya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih besar di daerah lain/perkotaan.


Dari pembagian terstruktur mengenai faktor pendorong mobilitas masyarakattersebut, sejumlah pengambilan keputusan yang dilaksanakan seorang individu dalam melaksanakan mobilitas juga dipengaruhi oleh beberapa hal yang lain, adalah:



  • Faktor yang berhubungan dengan kawasan asal. Misalnya, ikatan kekeluargaan yang berpengaruh dan lingkungan sosial yang dinamis.

  • Faktor yang bekerjasama dengan tempat tujuan. Hal ini mampu ditunjukkan dengan adanya upah yang tinggi, ketersediaan fasilitas pendidikan, iklim yang baik dan banyaknya peluang kerja.

  • Faktor penghalang atau pengganggu. Sebagai misalnya, adanya gangguan keamanan dan perang, beresiko terjadinya bencana alam, dan sarana transportasi yang tidak tanpa gangguan.

  • Faktor yang berhubungan dengan individu migran. Hal ini berkaitan dengan opsi yang dibentuk oleh individu tersebut menurut tujuan melakukan mobilitas.

  • Berkurangnya sumber daya alam.

  • Lapangan pekerjaan yang kian berkurang.

  • Adanya tekanan atau diskriminasi politik dan SARA.

  • Tidak adanya kecocokan adab dan budaya, perkawinan atau pengembangan karir.

  • Adanya tarikan atau anjuran dari kolega yang telah menetap di daerah tujuan.


Sejumlah aspek pendorong tersebut diatas menekankan pada pilihan yang mendasari seseorang melaksanakan perpindahan dari satu kawasan ke wilayah lain baik untuk menetap selamanya atau cuma dalam jangka waktu tertentu saja. Maka, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang untuk melaksanakan mobilitas pada acara transmigrasi di Indonesia haruslah mempertimbangkan segala sesuatunya dan laba yang diperoleh di kemudian harinya. Apabila melakukan pengambilan keputusan yang salah maka hal ini dapat merugikan bagi dirinya sendiri dan keluarganya.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon