Kenampakan alam yang dimiliki oleh Indonesia tidak cuma sebatas keindahan lautnya saja, tetapi juga gunungnya. Gunung yang terdapat di Indonesia jumlahnya lumayan banyak, bahkan sebagian besarnya termasuk ke dalam kelompok gunung api. Hal ini disebabkan wilayah Indonesia berada di dalam kawasan cincin api atau ring of fire. Sebut saja Gunung Anak Krakatau, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Merapi, Gunung Bromo, Gunung Agung dan lain sebagainya termasuk ke dalam gunung api aktif yang mampu meletus atau erupsi. Hampir sebagian besar gunung api adalah gunung api purba alasannya adalah keberadaannya telah ada semenjak zaman dahulu. Namun ada juga gunung api yang sudah tidak aktif kembali dalam kala waktu yang cukup usang, meskipun pada zaman itu tergolong gunung paling aktif. Gunung api yang telah tidak aktif masih mampu dilihat bentuknya dan lazimnya tersusun atas batuan yang berumur jutaan tahun.
Salah satu gunung yang menawan untuk dibahas kali ini yakni Gunung Sunda. Sesuai dengan namanya, gunung ini berada di kawasan Bandung, Provinsi Jawa Barat. Menurut sejarah, Gunung Sunda sudah ada sejak zaman purba dan pernah meletus dalam skala besar di akhir zaman prasejarah. Diperkirakan juga jika Gunung Sunda mempunyai dasar dengan luas meraih lebih dari 20 km dan tinggi gunung mencapai sekitar 4.000 meter di atas permukaan bahari. Dan saat itu juga Gunung Sunda masuk sebagai gunung berapi tertinggi di Jawa. Sehingga sisa dari Gunung Sunda yang mampu kita lihat saat ini berbentukGunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, dan Gunung Burangrang.
Informasi perihal asal permintaan Gunung Sundah cukup terbatas dan hanya menurut pada catatan serta saksi orang tua yang berusia kurang lebih 85 tahun. Beliau menyampaikan jika Gunung Sunda Purba yang dahulu diketahui dengan nama Gunung Chuda (dalam bahasa sansekerta mempunyai arti putih), adalah gunung yang di bab puncaknya selalu ditutupi oleh es atau salju. Bahkan beberapa pengembara yang berasal dari India dapat melihat Gunung Chuda dari kejauhan (diperkirakan dilihat dari Sumatera). Tentunya hal tersebut menciptakan rasa ingin tahu para pengembara sampai sampailah mereka di Gunung Chuda. Namun, lambat laun penduduk lokal kesusahan dalam pengucapan kata Chuda hingga hasilnya berubah menjadi Sunda.
Sejarah Letusan Gunung Sunda
Menurut Van Bemmelen seorang peneliti yang mempelajari geologi Bandung menerangkan sejarah Bandung dimulai dari zaman Miosen adalah sekitar 20 juta tahun yang kemudian. Pada zaman ini Bandung utara masih berupa laut hal ini dibuktikan dari banyak ditemukan fosil koral yang membentuk terumbu karang di sepanjang bukit Rajamandala. Sedangkan bukit pegunungan api berada di bagian selatan Jawa. 14 juta hingga 2 juta tahun lalu, bagian laut mulai terangkat secara tektonik menjadi pegunungan. Dan 2 juta tahun yang kemudian, terjadi kegiatan vulkanik pada pegunungan di utara dan membentuk gunung api purba yang dikenal dengan nama Gunung Sunda. Gunung Sunda ini diperkirakan memiliki tinggi lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut dan ketika ini sisa dari gunung purba tersebut adalah punggung bukit.
Gunung Sunda yang pernah meletus tersebut memunculkan kaldera gres yang sangat luas yang nantinya berkembang menjadi Gunung Tangkuban Parahu. Kaldera ini dikenal sebagai Kaldera Sunda yaitu kaldera raksasa yang terbentuk sekitar 105.000 tahun yang lalu dikala zaman Pleistosen. Kaldera ini juga mencakup keseluruhan Bandung Utara serta Cekungan Bandung. Menurut Mochamad Nugraha Kartadinata seorang geolog yang berasal dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, menjelaskan bahwa letusan besar yang dialami oleh Gunung Sunda terbagi menjadi beberapa fase yaitu fase pertama sekitar 210.000-128.000 tahun yang kemudian. Pada fase ini letusan dibarengi fatwa lava dan episode 13 unit letusan, dalam satu unit letusan terjadi lebih dari satu kali letusan besar.
Sekitar 105.000 tahun yang kemudian, beberapa fase letusan yang menjadikan runtuhnya badan Gunung Sunda hingga membentuk kaldera terjadi. Pada fase ini terbagi menjadi tiga fase yaitu fase plinian, fase freatomagnetik, dan fase ignimbrit. Pada fase ignimbrit sendiri terjadi lontaran materi gunung hingga mencapai 66 km kubik dan menutupi area di radius 200 km persegi bahkan beberapa tempat ketebalan bahan vulkanik meraih 40 meter. Jumlah materi yang dilontarkan keluar dari gunung masih perkiraan, apalagi jika material yang dihasilkan mengakibatkan Gunung Sunda runtuh serta membentuk kaldera dengan luas 6,5 x 7,5 km. Kaldera ini biasanya berusia cukup muda ketimbang Gunung Batu yang telah ada semenjak dahulu atau sekitar 500.000 tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, Kaldera ini mulai berkembang menjadi Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, Gunung Burangrang, Danau Bandung Purba, serta Gunung Putri.
Seorang anggota Masyarakat Geografi Indonesia, T. Bachtiar menyimpulkan bahwa letusan pada Gunung Sunda di fase ketiga ini juga berhasil menimbun Citarum Purba yang berada di utara Padalarang sampai membentuk danau raksasa ialah Danau Bandung Purba. Dari Kaldera Gunung Sunda juga muncul Gunung Tangkuban Parahu antik yang meletus antara 90.000 – 10.000 tahun yang lalu sebanyak 30 unit letusan. Letusan pada Gunung Tangkuban Parahu muda terus berlanjut sekitar 10.000 tahun hingga dengan 50 tahun yang kemudian. Saat ini sisa – sisa dari gunung purba raksasa atau Gunung Sunda yang ada 2 juta tahun yang lalu hanya meninggalkan bagian punggung bukit saja. Bahkan di sekeliling Gunung Burangrang dan Situ Lembang dipercaya merupakan salah satu bagian kerucut samping yang berasal dari Gunung Sunda Purba. Sisa – sisa Gunung Sunda Purba juga mampu didapatkan di sebelah utara gunung, tepatnya di bagian timur Sungai Cikapundung sampai dengan Gunung Manglayang yang disebut blok Pulasari oleh van Bemmelen. Sedangkan bagian lain dari Gunung Sunda Purba menurut Koesoemadinata di dalam makalahnya yang berjudul “Asal – Usul dan Prasejarah Ki Sunda” ialah Bukit Putri, terletak di bab timur maritim Lembang.
Itulah tadi penjelasan mengenai Gunung Sunda yang diketahui ternyata ialah asal seruan dari Gunung Tangkuban Parahu yang kita cukup populer. Semoga informasi di atas mampu menambah wawasan Anda.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon