Thursday, July 9, 2020

5 Acuan Musibah Hidrologi Yang Perlu Diketahui

Air ialah salah satu bagian alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan mampu bertahan hidup. Sehingga adanya air di planet bumi ini menjadi komponen paling penting dan juga selaku salah satu alasannya adalah mengapa planet bumi layak untuk dihuni(Baca: Keunggulan Planet Bumi Dibanding Planet Lain). Jumlah air yang berada di planet bumi diperkirakan ada sekitar 70% dan jumlah tersebut tidak cuma berada di bahari atau samudra saja namun juga berasal dari banyak sekali sumber perairan lain seperti sungai, danau atau rawa – rawa. Air yang ada di planet bumi juga mampu dalam bentuk atau wujud lain yakni es atau salju, uap air, hujan, embun dan lain sebagainya. Semua bentuk air tersebut menjadi bab dari suatu proses yang dinamakan dengan siklus hidrologi.


Hidrologi sendiri ialah salah satu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari atau mempunyai relasi dengan air di bumi. Semua pergerakan, perubahan bentuk, kualitas, siklus hidrologi hingga bencana alam yang berhubungan dengan air masuk ke dalam hidrologi. Berbicara mengenai bencana alam niscaya bukan sesuai yang abnormal di telinga kita. Akhir – selesai ini banyak musibah terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan sudah pasti menyebabkan banyak kerugian baik secara materi hingga menelan banyak korban jiwa. Saat demam isu hujan datang, bagi sebagian besar orang akan menilai ini selaku anugerah, namun kalau hujan tidak kunjung berhenti bisa menyebabkan masalah salah satunya adalah banjir. Dapat dibilang jikalau banjir ialah salah satu contoh dari musibah hidrologi. Lalu apa sajakah acuan dari bencana alam hidrologi, berikut diantaranya:



  1. Banjir


Saat ekspresi dominan hujan datang, bagi beberapa orang yang tinggal di erat dengan pemikiran sungai sudah pasti akan selalu berhati-hati dan siaga jikalau air sungai mengalami peningkatan debit air. Jika intensitas hujan terus meningkat ada kemungkinan banjir akan terjadi. Di Indonesia, banjir banyak disebabkan oleh hujan yang berjalan dalam rentang waktu lama, bisa berjam – jam bahkan berhari – hari. Sehingga air yang ditampung (tidak hanya di sungai saja namun juga daerah penampungan air lain mirip danau atau rawa – rawa) menjadi bertambah hingga tidak mampu lagi untuk ditampung. Akibatnya air tersebut keluar bahkan menyebar hingga ke beberapa kawasan yang berada akrab dengan sumber penampungan. Jika sudah begitu banjir tidak dapat dihindari oleh warga yang tinggal di sekitar sumber penampungan air, utamanya bagi yang tinggal dekat dengan anutan sungai.


Salah satunya yakni banjir bandang. Banjir bandang disebabkan oleh curah hujan yang sungguh tinggi di dataran berpermukaan rendah. Sehingga air yang berada di daerah tersebut telah meraih titik jenuh hingga tidak dapat diserap lagi oleh air. Akibatnya air dalam tanah keluar dan tiba secara datang – datang dan dalam waktu singkat, tetapi kerugian yang dihasilkan sangatlah besar.



  1. Tanah Longsor


Salah satu bentuk petaka hidrologi ialah tanah longsor. Meskipun begitu tanah longsor mampu disebabkan oleh aspek lain, namun paling sering disebabkan oleh curah hujan yang tinggi(Baca: Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan). Tanah longsor umumterjadi di daerah dataran tinggi terutama lereng bukit atau gunung dan ketika berbarengan hujan deras sedang terjadi. Jika hujan terus berlangsung secara terus menerus, tanah di sekeliling lereng akan menjadi lunak dan tergerus oleh limpasan pemikiran air hujan. Akibatnya tanah tidak bisa lagi bertahan dari air hujan ditambah adanya gaya gravitasi tanah menjadi turun atau longsor.



  1. Tsunami


Salah satu bencana alam yang pantas diwaspadai bagi negara yang berada di sekeliling pertemuan lempeng bumi yakni tsunami. Tsunami terjadi akibat adanya pergerakan lempeng bumi yang berada di dasar bahari (Baca: Penyebab Terjadinya Pergeseran Lempeng Tektonik). Akibat pergerakan lempeng tersebut terjadilah gempa bumi hingga air laut yang berada di atasnya ikut bergerak hingga gerakan air tersebut mencapai daratan. Peristiwa tersebut pernah terjadi di Aceh pada tanggal 24 Desember 2004 dan menewaskan ribuan korban jiwa. Tidak hanya gempa bumi saja, ternyata tsunami juga disebabkan oleh adanya letusan gunung berapi seperti yang terjadi di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 (Baca: Tsunami Selat Sunda). Saat itu Gunung Anak Krakatau sedang erupsi dan beberapa bab gunung longsor masuk ke bahari akhirnya muncullah gelombang sampai berubah menjadi tsunami saat mendekati daratan.



  1. Genangan Air


Berbeda dengan banjir, genangan air diakibatkan oleh adanya penyumbatan atau masalah pada terusan drainase. Sehingga dikala animo hujan datang atau curah hujan tinggi, air hujan tidak mampu dialirkan dengan baik melalui jalan masuk – kanal yang telah ada. Akibatnya air menjadi tergenang di beberapa kawasan seperti jalanan bahkan mampu hingga ke perumahan warga. Perbedaan lain dengan banjir ialah genangan air akan lebih cepat surut atau kurang dari 1 x 24 jam, bila lebih dari itu mampu menjadi tanda bahwa banjir akan terjadi. Selain itu, tinggi genangan air tidak lebih dari 40 cm, tetapi telah cukup untuk menghalangi segala jenis acara tertama bagi warga yang tinggal di daerah perkotaan.



  1. Letusan Limnik


Beberapa dari kita mungkin masih ajaib dengan bancana alam hidrologi ini. Letusan limnik terjadi balasan meletusnya gas karbondioksida secara secara tiba-tiba dari dasar danau hingga alhasil membentuk awan gas yang mampu membahayakan makhluk hidup di sekitar danau. Gas karbondioksida tersebut berasal dari kegiatan vulkanik ataupun dekomposisi materi organik yang ada di dasar danau. Semakin dalam danau maka makin tinggi tekanan di dasar danau dan kian banyak pula karbondioksida yang larut di air. Jika air danau sudah bosan oleh gas karbondioksida, ditambah adanya gempa bumi, kegiatan vulkanik atau ledakan membuat air yang jenuh tersebut bergerak naik ke atas. Di atas tekanan sangat minim dan tidak mampu menahan gas karbondioksida sehingga muncullah gelembung – gelembung di permukaan danau secara serempak gas karbondioksida ikut meledak. Ledakan limnik pernah terjadi di Danau Monoun, Kamerun pada 15 Agustus 1984 dan setidaknya terdapat 37 orang meninggal. Di daerah lain adalah Danau Nyos, Kamerun pada tanggal 21 Agustus 1986 terjadi ledakan limnik sampai menciptakan tsunami setinggi 25 meter. Air danau bermetamorfosis merah dan gas karbondioksida telah menyebar ke beberapa desa di sekitar danau. Akibatnya sekitar 3.500 hewan ternak mati dan 1.700 orang tewas akhir kejadian tersebut.


Itulah tadi beberapa bencana alam hidrologi yang dapat kalian ketahui. Semoga isu di atas dapat bermanfaat.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)