Tuesday, October 13, 2020

Metode Berpikir Asy’Ariyah Dan Maturidiyah

METODE BERPIKIR ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH Aqidah Asy’ariyah ialah jalan tengah (tawasuth) di antara golongan yang berkembang pada saat itu. Yaitu, golongan Jabbariyah dan Qadariyah yang dikembangkan oleh Mu’tazilah. Kelompok Jabbariyah beropini bahwa tindakan manusia seluruhnya adalah diciptakan oleh Allah. Manusia tidak mempunyai andil sedikitpun dalam perbuatannya. Sebaliknya, kelompok Qadariyah beropini bahwa perbuatan manusia mutlak diciptakan oleh manusia itu sendiri sedangkan Allah tidak turut campur sama sekali terhadap tindakan manusia tersebut. Asy’ariyah menengahi keduanya. Menurut Asy’ariyah, tindakan insan ialah diciptakan oleh Allah, tetapi insan memiliki bab yang disebut kasb dalam perbuatannya. Dalam rancangan keadilan Tuhan pun Asy’ariyah berbeda dengan Mu’tazilah. Menurut Mu’tazilah, Tuhan wajib memasukkan insan yang baik ke dalam nirwana dan memasukkan orang jahat ke dalam neraka. Sedangkan Asy’ariyah berpendapat bahwa memasukkan manusia ke dalam nirwana atau neraka ialah hak Allah bukan keharusan Allah. Mu’tazilah menempatkan rasio di atas wahyu sedangkan Asy’ariyah menempatkan wahyu di atas rasio. Meskipun demikian, kerja-kerja rasio dihormati. Prinsip-prinsip Maturidiyah bahwasanya tidak jauh berlainan dengan Asy’ariyah. Hanya saja, Maturidiyah fiqihnya menggunakan madzhab Hanafi saja sedangkan Asy’ariyah menggunakan fikih madzhab Syafii dan Maliki. Asy’ariyah hanya menghadapi ideologi Mu’tazilah saja tetapi Maturidiyah menghadapi aneka macam ideologi, ada Mu’tazilah, Mujassimah, Qaramithah, dan Jahamiyah. Selain itu Maturidiyah mesti menghadapi kelompok agama lain seperti Majusi, Katolik, dan Yahudi. Sikap tawasuth yang ditunjukkan oleh Maturidiyah yakni upaya pendamaian antara naqli dan aqli (nash dan nalar). Maturidiyah beropini bahwa sebuah kesalahan kalau kita berhenti berbuat pada saat tidak ada nash (naql), sama juga salah kalau kita larut tidak terkendali dalam menggunakan rasio (nalar).  Menggunakan  logika sama pentingnya dengan menggunakan naql. Sebab, akal yang dimiliki oleh insan juga dukungan dari Allah. Karena itu, Al-Qur’an menyuruh umat Islam untuk menggunakan logika dalam mengetahui cara yang dijalankan harus menyesuaikan dengan keadaan dan situasai masyarakat setempat. Baik Asyariyah maupun Maturidiyah menolak cara penyebaran fatwa dengan kekerasaan dan pemaksaan sebagaimana yang dilaku- kan oleh Mu’tazilah. Hal ini sesuai dengan firman Allah: Artinya: “Serulah (insan) terhadap jalan Tuhan-mu dengan nasihat dan pelajaran yang bagus dan bantahlah mereka dengan cara yang bagus. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui wacana siapa yang kesasar dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat isyarat .” (QS an-Nahl: 125) Sesuai ayat di atas, amar ma’ruf nahi munkar itu harus dilaksanakan dengan akal dan bukan dengan kekerasan. Bahkan, dalam berdebat pun kita harus dengan cara yang lebih baik daripada musuh bicara.
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)