Saturday, February 8, 2020

Angin Katabatik: Pemahaman, Penyebab, Dan Dampaknya


Angin menjadi salah satu komponen udara yang keberadaannya mampu kita rasakan. Angin merupakan udara yang bergerak, berasal dari adanya perbedaan suhu dan tekanan sinoptik berukuran besar ataupun lokal.





Angin yang kita ketahui selama ini, ternyata mempunyai nama tersendiri, salah satunya ialah angin katabatik. Salah satu ciri dari angin katabatik ialah didapatkan di kawasan pegunungan.





Untuk mengenali lebih lanjut apa itu angin katabatik, mari disimak penjelasannya di bawah ini!





Pengertian Angin Katabatik





Istilah katabatik sendiri berasal dari bahasa Yunani ialah “katabasis” yang mempunyai arti turun. Angin katabatik (Katabatic Wind) merupakan angin gunung yang berada di lereng bawah. Dengan kata lain, angin katabatik yakni angin yang menenteng udara dengan kepadatan tinggi dari ketinggian yang lebih tinggi ke bagian lereng.





Angin ini seringkali mampu disebut juga sebagai angin jatuh yang terbentuk saat permukaan gunung menjadi lebih masbodoh ketimbang udara di sekitarnya. Akibatnya memaksa angin untuk secepatnya menuruni lereng, bahkan saat dalam kondisi angin puting-beliung kecepatan angin mampu meraih 80 mil per jam.





Hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak semua angin lereng merupakan angin katabatik. Angin katabatik mampu meluas sampai ke kawasan yang cukup besar, mirip yang terjadi di California selatan yang membuat angin Santa Anna.





Penyebab Terjadinya Angin Katabatik





Penyebab terjadinya angin katabatik berdasarkan para ahli adalah angin yang berasal dari proses pendinginan udara di puncak gunung, gletser, dataran tinggi, atau bukit, alasannya adalah adanya kerapatan udara yang berbanding terbalik dengan tekanan di atas, udara akan dipaksa mengalir ke bawah dan memanas dalam proses penurunan.





Selain itu suhu udara juga diputuskan oleh adanya tingkat laju penurunan ketinggian dan suhu sewenang-wenang di daerah sumber. Terkadang angin menjadi panas ketika telah meraih permukaan air bahari. Perlu dimengerti semakin besar perbedaan suhu udara, maka semakin kuat angin yang dihasilkan nantinya.





Faktor yang menghipnotis terbentuknya angin katabatik antara lain:





  1. Tingkat pendinginan yang terjadi di sepanjang lereng. Semakin acuh taacuh permukaan lereng maka kesempatanuntuk terbentuknya angin semakin besar.
  2. Kekasaran lereng juga mempengaruhi terbentuknya angin katabatik karena makin halus sebuah lereng, maka kesempatanterbentuknya angin kian besar dan kuat alasannya adalah tidak ada yang menghalanginya..
  3. Tingkat kecuraman lereng menjadi imbas terbentuknya angin katabatik. Semakin curam sebuah lereng, maka kian besar pula kemungkinan terbentuknya angin gunung dan bercampur dengan udara netral yang berada di sekitarnya.




Proses Terjadinya Angin Katabatik





Angin katabatik termasuk angin lokal yang hanya terjadi di daerah pegunungan dan lembah saja. Proses terjadinya angin katabatik berjalan dikala malam hari tepatnya ketika sore hari atau matahari sudah terbenam, yaitu saat udara yang berada di puncak gunung mengalami pendinginan oleh adanya proses konduksi.





Udara tersebut terbentuk menjadi lebih padat dan menjadikannya menuruni lembah. Pada wilayah lembah suhu udara relatif lebih tinggi ketimbang suhu yang berada di gunung atau pegunungan. Akibatnya tekanan udara di lembah menjadi lebih rendah, dan menciptakan angin bergerak dari arah gunung ke lembah.





Ketika malam hari, daratan di sekitar puncak atau lereng gunung menjadi lebih hambar akhir kehilangan radiasi matahari. Oleh alasannya adalah itu, puncak gunung memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingan kawasan yang berada di lembah.





Udara yang hambar tersebut mempunyai kerapatan udara (densitas) lebih besar, lalu mengalirkan udara ke arah lembah, maka terciptalah angin katabatik.





Dampak Terjadinya Angin Katabatik





Umumnya angin katabatik banyak terjadi di lapisan es besar yang berada di daerah Greenland dan Antartika. Adanya penumpukan udara cuek dengan kerapatan udara tinggi yang berada di lapisan atas es, membuat energi gravitasi yang besar.





Akibatnya angin tersebut kian terfokus di daerah lembah pesisir, bahkan angin bertiup jauh melampaui kekuatan angin saat angin puting-beliung, ialah 300 km per jam. Di Greenland angin ini lebih diketahui dengan nama piteraq dan akan kian kuat setiap kali berada di daerah bertekanan rendah, adalah kawasan pantai.





Di Antartika yang penuh dengan salju, angin katabatik menjinjing salju-salju mengarah ke lembah kering atau oasis Antartika, mirip yang terjadi di Lembah Kering McMurdo. Saat angin katabatik turun, angin ini cendrung memiliki kelembaban relatif rendah yang cukup untuk mengeringkan daerah tersebut.





Di kawasan lain, angin katabatik menunjukkan imbas yang kecil yang mengarah ke area es biru, menciptakan salju di suatu tempat hilang dan permukaan lapisan es menyublim, namun lapisan tersebut diisi ulang oleh ajaran gletser yang berasal dari hulu.





Sedangkan di Amerika Selatan tepatnya di Kepulauan Fuegian (Tierra del Fuego) dan Amerika Utara (Alaska), angin katabatik diketahui dengan sebutan williwaw yang sungguh berbahaya bagi kapal-kapal yang ingin berlabuh. Angin williwaw ini berasal dari padang salju dan es di pegunungan pesisir, serta memiliki kecepatan lebih dari 220 km per jam.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon