Monday, September 14, 2020

Homeschooling Dan School From Home Ialah Dua Hal Yang Berlawanan

Oleh: Menur Adhiyasasti Sejak sekolah memberlakukan aktivitas belajar mengajar dari rumah ( school from home ) selama pandemi Covid-19 berlangsung, banyak orang tua berpikir bahwa mereka tidak ubahnya melakukan  homeschooling . Padahal,  homeschooling  dan  school from home  yakni dua hal yang berbeda walaupun sama-sama dikerjakan di rumah. Perbedaannya mencakup beberapa aspek, yaitu: 1. Kurikulum Meskipun orang renta tampaklebih banyak mendampingi anak saat belajar di rumah (khususnya pada jenjang Taman Kanak-kanak dan SD), acara pembelajaran dikala  school from home  tetap dirancang oleh guru. Materi apa yang diajarkan, peran apa yang mesti dijalankan, capaian kesanggupan apa yang dibutuhkan dicapai dari pembelajaran tersebut ditentukan oleh guru sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah anak maupun kurikulum yang berlaku nasional. Hal ini berlawanan dengan  homeschooling  dimana kurikulum dibuat oleh orang renta berdasar kesanggupan dan minat anak. Meskipun ada orang renta yang menggunakan atau memiliki contoh kurikulum tertentu untuk anak mereka (misal Cambridge IGCSE), namun ciri utama  homeschooling  adalah  customized education  atau pendidikan yang diubahsuaikan untuk anak, bukan anak yang menyesuaikan dengan pendidikan seperti di sekolah formal. Karenanya, bentuk aktivitas, peran, ataupun  project  tetap ditentukan orang bau tanah, dengan atau tanpa diskusi dengan anak.  2. Fleksibilitas agenda belajar School from home  membuat sekolah mampu dijalankan dari rumah, tetapi tetap dengan agenda yang sudah ditentukan oleh guru. Ini yang sering kali menciptakan orang tua bekerja menjadi resah jika acara tatap tampang online sekolah anak bersama-sama waktunya dengan jam kerja. Sebagai penyelesaian, sekolah tertentu menawarkan bahan pelajaran dalam bentuk video semoga orang bau tanah bekerja tetap dapat memfasilitasi proses mencar ilmu anak di rumah.   Sementara itu,  homeschooling  mempunyai agenda mencar ilmu yang telah disesuaikan dengan ketersediaan waktu orang tua dan anak. Karena orang bau tanah yakni “kepala sekolah” sekaligus fasilitator, maka kedatangan orang tua untuk memfasilitasi proses mencar ilmu anak ialah suatu keharusan. Anak tetap mampu diberi tugas atau membaca atau menonton materi berguru secara mampu berdiri diatas kaki sendiri, tetapi kehadiran orang renta di saat tertentu ialah mutlak. Jadwal berguru pasti tetap ada, tetapi fleksibilitasnya lebih besar bila secara tiba-tiba ada sebuah aktivitas yang membuat sesi mencar ilmu terpaksa harus ditunda. 3. Komitmen orang bau tanah dan anak Dalam kondisi pandemi Covid-19,  school from home  bukan lagi pilihan. Suka membenci, mau tidak mau, orang tua harus mampu menjadi guru sekaligus fasilitator berguru anak. Jam sekolah anak yang selama ini bisa dipakai orang tua untuk melakukan persoalan lain menjadi menyusut atau malah hilang. Ini yang mengakibatkan banyak unek-unek timbul seperti tugas sekolah yang terlampau banyak, kewajiban orang tua menguasai bahan dan membuat anak paham, atau malah sebaliknya, sekolah dipandang kurang komprehensif dalam mengerjakan  school from home . Rasa terpaksa yang dicicipi sebagian orang bau tanah memang tidak mampu dikesampingkan karena pada kenyataannya ada kepentingan lain yang harus teratasi. Tentunya, “drama” seperti ini tidak akan terjadi pada keluarga yang melaksanakan  homeschooling  karena orang tua sudah menimbang-nimbang konsekuensi menjadi guru bagi anak, baik dari segi energi maupun waktu. Sehingga, problem pekerjaan dan rumah tangga bisa diatur sedemikian rupa sampai tidak menghemat janji orang renta saat mendampingi anak berguru. Anak pun tidak banyak mengeluhkan peran yang banyak, penjelasan yang belum dia ketahui, mengingat materi dan peran  homeschooling  disesuaikan dengan minat dan kecepatan belajarnya. 4. Penggunaan teknologi School from home  identik dengan teknologi seperti WhatsApp, Zoom, maupun Google Classroom. Materi yang aslinya disampaikan secara tatap muka pribadi terpaksa harus dijelaskan dengan perantaraan teknologi.  Sementara itu,  homeschooling  tidak mesti dijalankan memakai teknologi. Bahkan, banyak bahan mencar ilmu  homeschooling  yang dipelajari lewat pengalaman dimana anak menjajal secara eksklusif atau mencari objek yang sedang dipelajari. Kurikulum dan ide penyampaian bahan lah yang banyak diakses secara online oleh orang renta. Nah, agar Anda tidak lagi salah mengartikan bahwa  homeschooling  sama dengan  school from home  ya! Apapun jenis pembelajarannya, Anda selaku orang renta harus memutuskan bahwa anak mampu mengikuti acara belajar mengajar dengan baik. Jika ada kendala ketika  school from home  berlangsung, jangan ragu untuk mengomunikasikannya dengan guru. Bagaimanapun juga, guru yakni partner Anda dalam pendidikan anak.   
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)