Oleh: Menur Adhiyasasti Sejak sekolah memberlakukan aktivitas belajar mengajar dari rumah ( school from home ) selama pandemi Covid-19 berlangsung, banyak orang tua berpikir bahwa mereka tidak ubahnya melakukan homeschooling . Padahal, homeschooling dan school from home yakni dua hal yang berbeda walaupun sama-sama dikerjakan di rumah. Perbedaannya mencakup beberapa aspek, yaitu: 1. Kurikulum Meskipun orang renta tampaklebih banyak mendampingi anak saat belajar di rumah (khususnya pada jenjang Taman Kanak-kanak dan SD), acara pembelajaran dikala school from home tetap dirancang oleh guru. Materi apa yang diajarkan, peran apa yang mesti dijalankan, capaian kesanggupan apa yang dibutuhkan dicapai dari pembelajaran tersebut ditentukan oleh guru sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah anak maupun kurikulum yang berlaku nasional. Hal ini berlawanan dengan homeschooling dimana kurikulum dibuat oleh orang renta berdasar kesanggupan dan minat anak. Meskipun ada orang renta yang menggunakan atau memiliki contoh kurikulum tertentu untuk anak mereka (misal Cambridge IGCSE), namun ciri utama homeschooling adalah customized education atau pendidikan yang diubahsuaikan untuk anak, bukan anak yang menyesuaikan dengan pendidikan seperti di sekolah formal. Karenanya, bentuk aktivitas, peran, ataupun project tetap ditentukan orang bau tanah, dengan atau tanpa diskusi dengan anak. 2. Fleksibilitas agenda belajar School from home membuat sekolah mampu dijalankan dari rumah, tetapi tetap dengan agenda yang sudah ditentukan oleh guru. Ini yang sering kali menciptakan orang tua bekerja menjadi resah jika acara tatap tampang online sekolah anak bersama-sama waktunya dengan jam kerja. Sebagai penyelesaian, sekolah tertentu menawarkan bahan pelajaran dalam bentuk video semoga orang bau tanah bekerja tetap dapat memfasilitasi proses mencar ilmu anak di rumah. Sementara itu, homeschooling mempunyai agenda mencar ilmu yang telah disesuaikan dengan ketersediaan waktu orang tua dan anak. Karena orang bau tanah yakni “kepala sekolah” sekaligus fasilitator, maka kedatangan orang tua untuk memfasilitasi proses mencar ilmu anak ialah suatu keharusan. Anak tetap mampu diberi tugas atau membaca atau menonton materi berguru secara mampu berdiri diatas kaki sendiri, tetapi kehadiran orang renta di saat tertentu ialah mutlak. Jadwal berguru pasti tetap ada, tetapi fleksibilitasnya lebih besar bila secara tiba-tiba ada sebuah aktivitas yang membuat sesi mencar ilmu terpaksa harus ditunda. 3. Komitmen orang bau tanah dan anak Dalam kondisi pandemi Covid-19, school from home bukan lagi pilihan. Suka membenci, mau tidak mau, orang tua harus mampu menjadi guru sekaligus fasilitator berguru anak. Jam sekolah anak yang selama ini bisa dipakai orang tua untuk melakukan persoalan lain menjadi menyusut atau malah hilang. Ini yang mengakibatkan banyak unek-unek timbul seperti tugas sekolah yang terlampau banyak, kewajiban orang tua menguasai bahan dan membuat anak paham, atau malah sebaliknya, sekolah dipandang kurang komprehensif dalam mengerjakan school from home . Rasa terpaksa yang dicicipi sebagian orang bau tanah memang tidak mampu dikesampingkan karena pada kenyataannya ada kepentingan lain yang harus teratasi. Tentunya, “drama” seperti ini tidak akan terjadi pada keluarga yang melaksanakan homeschooling karena orang tua sudah menimbang-nimbang konsekuensi menjadi guru bagi anak, baik dari segi energi maupun waktu. Sehingga, problem pekerjaan dan rumah tangga bisa diatur sedemikian rupa sampai tidak menghemat janji orang renta saat mendampingi anak berguru. Anak pun tidak banyak mengeluhkan peran yang banyak, penjelasan yang belum dia ketahui, mengingat materi dan peran homeschooling disesuaikan dengan minat dan kecepatan belajarnya. 4. Penggunaan teknologi School from home identik dengan teknologi seperti WhatsApp, Zoom, maupun Google Classroom. Materi yang aslinya disampaikan secara tatap muka pribadi terpaksa harus dijelaskan dengan perantaraan teknologi. Sementara itu, homeschooling tidak mesti dijalankan memakai teknologi. Bahkan, banyak bahan mencar ilmu homeschooling yang dipelajari lewat pengalaman dimana anak menjajal secara eksklusif atau mencari objek yang sedang dipelajari. Kurikulum dan ide penyampaian bahan lah yang banyak diakses secara online oleh orang renta. Nah, agar Anda tidak lagi salah mengartikan bahwa homeschooling sama dengan school from home ya! Apapun jenis pembelajarannya, Anda selaku orang renta harus memutuskan bahwa anak mampu mengikuti acara belajar mengajar dengan baik. Jika ada kendala ketika school from home berlangsung, jangan ragu untuk mengomunikasikannya dengan guru. Bagaimanapun juga, guru yakni partner Anda dalam pendidikan anak.
Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com
pop
Monday, September 14, 2020
Homeschooling Dan School From Home Ialah Dua Hal Yang Berlawanan
Diterbitkan September 14, 2020
Artikel Terkait
- Alasan Pentingnya Belajar Bahasa Inggris #1 Bahasa yang Paling Banyak Digunakan Bahasa
- Studi tentang trigonometri selaku cabang matematika, lepas dari astronomi pertama kali d
- RPP DARING JENJANG SD, Sekolah Menengah Pertama,Sekolah Menengan Atas,Sekolah Menengah ke
- Control Panel => Click Network and Internet Connections Dibawah Network a
- Filosofi Klepon Orang Jawa banyak menawarkan 'pasemon' atau arti yang mendalam pada seti
- Tak mampu disangkal jika ayam menjadi salah satu hewan yang paling terkenal dijadikan hid
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon